Oleh Irfani Basri
Dikemas oleh Nasbahry Couto
Gaya bahasa eufemisme yang bermakna kebohongan baik dengan fungsi pengendalian, kecurigaan, penipuan, dan kekerasan memunculkan gaya bahasa yang bergaya topeng
Bahasa yang bergaya topeng sangat berbeda dengan gaya bahasa eufemsime yang dikenal masyarakat selama ini. Penguasa bersembunyi di balik kata-kata yang diciptakannya sendiri seolah-olah mereka sudah berbuat banyak untuk kemaslahatan rakyat.
Hasilnya, masyarakat juga merasa terperhatikan, namun, semu atau masyarakat mengapung (floating mass). Tujuan mereka membuat kata-kata yang seolah-olah eufemisme itu adalah untuk melanggengkan kekuasaannya.
Begitu banyak kata eufemisme (penghalusan) yang diciptakan oleh Rezim Orde Baru.
Dari eufemisme itu muncul makna-makna yang selama ini tidak dapat dieufemismekan, yang berfungsi untuk menipu atau mengapungkan massa (floating mass), sehingga nalar masyarakat tidak berfungsi lagi.
Masyarakat tidak boleh berpikir untuk maju karena dianggap mengadakan subversif, tidak boleh membantah walaupun dalam kenyataannya salah. Masyarakat tidak boleh berpikir kritis karena telah diatur oleh undang-undang, dan masyarakat harus mengikuti petunjuk Bapak Presiden.
Apakah gaya bahasa seperti ini juga menjangkiti sebagian besar pemerintahan dan kaum jurnalis sekarang? Jawabnya bisa ya dan tidak (memerlukan penelitian). Tulisan ini adalah cuplikan penelitian penulis tahun 2008..
Periode Demokrasi Pancasila merupakan era Orde Baru yang menguasai pemerintahan paling lama dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Era Orde Baru juga disebut dengan Era Pembangunan karena pada masa ini pembangunan berjalan dengan sangat pesat. Perkembangan bahasa Indonesia pada periode ini juga sangat pesat yang diikuti oleh perkembangan gaya bahasa eufemisme yang tidak terbendung.
Pada era Orde Baru ini, secara politis penguasa menciptakan mitos politik, yaitu (1) Pancsila dan UUD 1945, (2) Stabilitas Nasional, dan (3) Pembangunan. Dari mitos politik ini lahir berbagai peraturan perundang-undangan, kebijakan, dan tindakan berupa penekanan dan pembatasan atas kebebasan masyarakat untuk menyatakan pikirannya dan melakukan aspirasi yang diadakan oleh penguasa.
Hal ini akan menimbulkan represi linguistik. Represi linguistik adalah penekanan dan pembatasan atas kebebasan rakyat menyatakan pikiran dan perasaannya dengan bahasa.
Akibatnya adalah (1) melemahkan daya nalar dan daya rasa, (2) melemahkan kreativitas kebahasaan, sehingga bahasa tidak berkembang secara baik dan maksimal sebagai alat berpikir dan perasa, alat memahami pikiran dan perasaan, dan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan, (3) pada gilirannya akan memiskinkan kebudayaan, khususnya kesusasteraan, dan (4) nomor 1 – 3 pada dasarnya dapat berakhir pada kematian bahasa.
Represi linguistik akan menumbuhkan blind obedience to authority yaitu kepatuhan buta kepada penguasa. Penguasa menciptakan bahasa yang mengutamakan penghalusan semantik secara berlebihan, sehingga semua kedengaran dan terasa baik, tetapi kebenaran yang sesungguhnya tertutupi.[1]
Rezim Orde Baru berhasil menciptakan dan mempergunakan kosa-kata politik yang terdiri atas simbol politik untuk menekan dan membatasi kebebasan anggota masyarakat untuk menyatakan pikiran dan perasaan, terutama yang bersifat kritis.
Represi linguistik secara semantis terdapat dalam kosakata yang bermakna konotasi, yaitu kata kekerasan, pengendalian, kecurigaan, dan kejahatan. Dari kosakata itu dimunculkan eufemisme-eufemisme yang dapat menekan rakyat. Bentuk gaya bahasa eufemisme pada zaman Orde Baru antara lain adalah sebagai berikut.
Dikemas oleh Nasbahry Couto
Gaya bahasa eufemisme yang bermakna kebohongan baik dengan fungsi pengendalian, kecurigaan, penipuan, dan kekerasan memunculkan gaya bahasa yang bergaya topeng
Bahasa yang bergaya topeng sangat berbeda dengan gaya bahasa eufemsime yang dikenal masyarakat selama ini. Penguasa bersembunyi di balik kata-kata yang diciptakannya sendiri seolah-olah mereka sudah berbuat banyak untuk kemaslahatan rakyat.
Hasilnya, masyarakat juga merasa terperhatikan, namun, semu atau masyarakat mengapung (floating mass). Tujuan mereka membuat kata-kata yang seolah-olah eufemisme itu adalah untuk melanggengkan kekuasaannya.
Begitu banyak kata eufemisme (penghalusan) yang diciptakan oleh Rezim Orde Baru.
Dari eufemisme itu muncul makna-makna yang selama ini tidak dapat dieufemismekan, yang berfungsi untuk menipu atau mengapungkan massa (floating mass), sehingga nalar masyarakat tidak berfungsi lagi.
Masyarakat tidak boleh berpikir untuk maju karena dianggap mengadakan subversif, tidak boleh membantah walaupun dalam kenyataannya salah. Masyarakat tidak boleh berpikir kritis karena telah diatur oleh undang-undang, dan masyarakat harus mengikuti petunjuk Bapak Presiden.
Apakah gaya bahasa seperti ini juga menjangkiti sebagian besar pemerintahan dan kaum jurnalis sekarang? Jawabnya bisa ya dan tidak (memerlukan penelitian). Tulisan ini adalah cuplikan penelitian penulis tahun 2008..
Periode Demokrasi Pancasila merupakan era Orde Baru yang menguasai pemerintahan paling lama dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Era Orde Baru juga disebut dengan Era Pembangunan karena pada masa ini pembangunan berjalan dengan sangat pesat. Perkembangan bahasa Indonesia pada periode ini juga sangat pesat yang diikuti oleh perkembangan gaya bahasa eufemisme yang tidak terbendung.
Pada era Orde Baru ini, secara politis penguasa menciptakan mitos politik, yaitu (1) Pancsila dan UUD 1945, (2) Stabilitas Nasional, dan (3) Pembangunan. Dari mitos politik ini lahir berbagai peraturan perundang-undangan, kebijakan, dan tindakan berupa penekanan dan pembatasan atas kebebasan masyarakat untuk menyatakan pikirannya dan melakukan aspirasi yang diadakan oleh penguasa.
Hal ini akan menimbulkan represi linguistik. Represi linguistik adalah penekanan dan pembatasan atas kebebasan rakyat menyatakan pikiran dan perasaannya dengan bahasa.
Akibatnya adalah (1) melemahkan daya nalar dan daya rasa, (2) melemahkan kreativitas kebahasaan, sehingga bahasa tidak berkembang secara baik dan maksimal sebagai alat berpikir dan perasa, alat memahami pikiran dan perasaan, dan alat untuk menyatakan pikiran dan perasaan, (3) pada gilirannya akan memiskinkan kebudayaan, khususnya kesusasteraan, dan (4) nomor 1 – 3 pada dasarnya dapat berakhir pada kematian bahasa.
Represi linguistik akan menumbuhkan blind obedience to authority yaitu kepatuhan buta kepada penguasa. Penguasa menciptakan bahasa yang mengutamakan penghalusan semantik secara berlebihan, sehingga semua kedengaran dan terasa baik, tetapi kebenaran yang sesungguhnya tertutupi.[1]
Rezim Orde Baru berhasil menciptakan dan mempergunakan kosa-kata politik yang terdiri atas simbol politik untuk menekan dan membatasi kebebasan anggota masyarakat untuk menyatakan pikiran dan perasaan, terutama yang bersifat kritis.
Represi linguistik secara semantis terdapat dalam kosakata yang bermakna konotasi, yaitu kata kekerasan, pengendalian, kecurigaan, dan kejahatan. Dari kosakata itu dimunculkan eufemisme-eufemisme yang dapat menekan rakyat. Bentuk gaya bahasa eufemisme pada zaman Orde Baru antara lain adalah sebagai berikut.
A. Struktur dan Ranah Gaya Bahasa Eufemisme
1. Istilah Asing (Foreign Term)
Gaya bahasa eufemisme yang mempergunakan istilah asing (foreign term) dan ranahnya, antara lain adalah sebagai berikut.
Contoh 60. Judul: Soal Tanzania Hari Ini Dibahas Pemerintah. Sampai kemarin affair Tanzania tersebut masih misterius sekali.
Berita yang disiarkan oleh kantor berita asing yang sifatnya negatif
terhadap perwakilan diplomatik Indonesia.
(Merdeka, 28 Agustus 1969)
Contoh 61. Judul: Ratusan Informan Berkeliaran di Tanjung Priok
Mereka ini dapat dikatakan sebagai business militer yang pada tiap
hari kerja melindungi barang-barang pedagang dari petugas bea
dan cukai. (Merdeka, 13 September 1969)
Contoh 62. Judul: Studio Film Modern Terlantar
Hal ini disebabkan adanya mismanagement dalam mengemudikan perusahaan "usaha veteran" tersebut, sehingga merupakan
handicap bagi produksi film nasional pada umumnya.
(Merdeka, 19 Oktober 1969)
Contoh 63. Judul: Jaksa Agung Bantah Pemerintah Tidak Berantas
Korupsi Untuk mengatasi hal tersebut diadakan tindakan-tindakan preventif dengan meng-up grade mental dan menaikkan gaji.
(Merdeka, 24 Agustus 1970)
Contoh 64. Judul: Radang Mata Berkecamuk di Jakarta Kuman penyakit mata itu bersifat "seasonal", artinya virus itu
bangkit kembali setelah beberapa tahun tidak ada. (Kompas, 11 Juni 1971)
Contoh 60 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari peristiwa yang terjadi di perwakilan Indonesia di Tanzania yang diberitakan negatif oleh pers asing. Contoh 61 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari petugas keamanan ilegal yang melindungi barang-barang pedagang dari petugas bea dan cukai agar tidak terkena pajak ekspor dan impor dan
contoh 62 (ranah sosbud) merupakan eufemisme dari usaha keluarga yang salah urus yang berakibat terhambatnya produksi film nasional umumnya.
Contoh 63 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari sikap para jaksa yang suka minta uang pelicin perkara akan diatasi dengan tindakan preventif dan menaikkan gajinya oleh Jaksa Agung dan
contoh 64 (ranah sosbud) merupakan eufemisme dari penyakit mata itu bersifat musiman.
Contoh 65. Judul: Demokrasi Indonesia adalah Spesifik
Struktur politik yang dikehendaki Demokrasi Pancasila adalah "fusi
traffic" dengan mass system. Oleh karena itu, akan diadakan
floating mass (massa mengapung) dan caranya menuju ke sana
dilakukan secara persuasif dan persuasif.
(Kompas, 22 Januari 1972)
Contoh 66. Judul: Presiden: Nilai-nilai '45 Harus Diwariskan
Maka dikhawatirkan nilai-nilai yang luhur dan dahsyat itu akan
terlepas selamanya. Jenderal Soeharto menekankan urgensinya
pewarisan itu. (Kompas, 14 Maret 1972)
Contoh 67. Judul: Korupsi di Indonesia Merajalela daripada Masa-
masa Sebelumnya
Bagaimanapun juga korupsi yang besarnya sampai 30 persen dari
GNP jelas merupakan misalokasi sumber kekayaan negara. Sebab
sipenerima hasil korupsi pasti tidak memberikan imbalan atau
"tegen prestasi" yang seimbang. (Kompas, 13 Desember 1973)
Contoh 68. Judul: Ada Gejala Konsentrasi Kegiatan Ekonomi pada
Grup-grup Tertentu
Masalahnya adalah, demikian Suhud, "apakah keadaan ini terjadi
"by design" (memang direncanakan demikian) ataukah "by
incident" (terjadi dengan sendirinya). Sedangkan pengusaha yang
entrepreneur tidak bisa berkembang.
(Kompas, 3 September 1979)
Contoh 65 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari Demokrasi Pancasila yang sangat berbeda dengan demokrasi lain. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang dibentuk oleh Orde Baru dengan teknik pengapungan massa secara persuasif dan persuasif.
Contoh 66 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari pentingnya nilai-nilai '45 diwariskan ke generasi muda.
Contoh 67 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari adanya kolusi dan nepotisme dalam pemerintahan yang mengakibatkan tidak menempatkan seseorang itu sesuai dengan keahliannya. Oleh karena itu, terjadilah korupsi besar-besaran.
Contoh 68 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari keadaan ekonomi di Indonesia yang sudah terpola. Grup-grup yang dekat ke Cendana (presiden), (seperti sudah direncanakan) usahanya berkembang dan yang dirugikan adalah pengusaha yang entrepreneur karena usahanya tidak bisa berkembang.
2. Abstraksi (Abstraction)
2. Abstraksi (Abstraction)
Struktur gaya bahasa eufemisme abstraksi (abstraction) terdapat dalam contoh berikut.
Contoh 69. Judul: Segi Perongkosan Lewat Terusan Suez Agar Diteliti
Semua tarif jasa dihitung serta memasukkan berbagai komponen
"yang tidak-tidak", sehingga kenaikan yang diusulkan terlalu
tinggi. (Kompas, 3 Juni 1975)
Contoh 70. Judul: Kemungkinan Pemanfaatan Barang Bukti
Penyelundupan
Ia membenarkan Jaksa Agung Ali Said pernah melaporkan
"sesuatu" kepada Presiden. (Kompas, 14 Juli 1976)
Contoh 69 ( ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari naiknya tarif jasa untuk melewati Terusan Suez karena membawa komponen (tidak disebutkan komponen apa) yang bea lolosnya tinggi. Padahal komponen itu merupakan barang bawaan pribadi. Contoh 70 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari masalah-masalah (tidak diberi tahu apa masalahnya) yang dilaporkan oleh Jaksa Agung Ali Said kepada Presiden.
3. Tak Langsung (Indirection)
Gaya bahasa eufemisme dengan struktur tak langsung (indirection) adalah sebagai berikut.
Contoh 71. Judul: Team AKRI Bongkar Komplotan Culik dan Peras
Orang- orang Kaya
Beberapa nama-nama orang-orang kaya terutama keturunan
Tionghoa tinggal menunggu saatnya saja lagi untuk diambil oleh
sebuah komplotan. (Merdeka, 5 September 1969)
Contoh 72. Judul: Ratusan Informan Berkeliaran di Tanjung Priok
Banyaknya informan dari berbagai instansi ABRI dan sipil yang
berkeliaran di pelabuhan Tanjung Priok membuat resah aparat
pemerintah. Informan-informan itu tidak lagi melakukan
pekerjaannya secara murni, melainkan telah bergeser kepada soal
mencari keuntungan pribadi masing-masing.
(Merdeka, 13 September 1969)
Contoh 73. Judul: Studio Film Modern Terlantar
Sebuah perusahaan film dewasa ini dalam keadaan tidak jalan. Hal
ini disebabkan adanya mismanagement dalam mengemudikan
perusahaan "usaha veteran" tersebut, sehingga merupakan
handicap bagi produksi film nasional pada umumnya.
(Merdeka, 19 Oktober 1969)
Contoh 74. Judul: Memang Ada Main di Bank Indonesia
Seorang pengusaha di Medan memberi kesaksian terhadap
"permainan" yang dilakukan di Bank Indonesia. Pemerintah cq.
Departemen Keuangan tidak akan tinggal diam terhadap penyakit-
penyakit zaman Orde Lama yang masih ada terjadi di zaman Orde
Baru ini. (Merdeka, 8 November 1969)
Contoh 75. Judul: Tindakan Preventif dan Represif
Dengan menggunakan istilah akan diambil tindakan-tindakan
preventif maupun represif, Departemen Dalam Negeri telah
mengirimkan instruksi kepada para gubernur kepala daerah untuk
mengumpulkan semua pendapat-pendapat di kalangan rakyat
sehubungan dengan meninggalnya Presiden pertama Republik
Indonesia Soekarno. (Merdeka, 1Juli 1970)
Contoh 76. Judul: Jaksa Agung Bantah Pemerintah Tidak Berantas
Korupsi
Demikian juga jaksa-jaksa yang suka main tangan tidak akan
dibenarkan oleh kejaksaan. Untuk mengatasi hal tersebut
diadakan tindakan-tindakan preventif dengan meng-up grade
mental dan menaikkan gaji. (Merdeka, 24 Agustus 1970)
Contoh 71 (ranah polhukuam) merupakan eufemisme dari adanya usaha penculikan dan pemerasan orang-orang keturunan Tionghoa. Contoh 72 (ranah polhukam) adalah eufemisme dari petugas keamanan ilegal yang terdiri atas anggota ABRI dan sipil yang telah beralih fungsi mencari keuntungan untuk diri pribadi.
Contoh 73 (ranah sosbud) merupakan eufemisme dari sebuah studio film yang ditutup karena kesalahan manajemen.
Contoh 74 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari adanya korupsi di Bank Indonesia dan pemerintah tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Contoh 75 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari tindakan tegas pemerintah melalui Departemen Dalam Negeri untuk mengambil tindakan preventif dan represif sehubungan dengan pendapat-pendapat sekitar meninggalnya mantan Presiden Sukarno.
Contoh 76 (polhukam) merupakan eufemisme dari kejaksaan tidak membenarkan tindakan jaksa yang suka main tangan. Untuk mengatasi masalah ini akan diadakan tindakan preventif dengan meningkatkan mental dan menaikkan gaji mereka.
Contoh 77. Judul: Boertien Terkejut Diberitahu Keadaan Pendidikan
di Indonesia
Sesungguhnya kita baru akan "take off" benar-benar dalam
pembaharuan pendidikan pada awal Pelita kedua.
(Kompas, 18 Maret 1972)
Contoh 78. Judul: Bukan Hak-hak Istimewa Pada ABRI, Tapi
TanggungJawab Lebih Berat
Bukan hak-hak istimewa yang melekat pada ABRI, melainkan
tanggung jawab yang lebih berat dan tugas yang lebih luas yang
dipikul di atas pundaknya, ujar kepala negara.
(Kompas, 6 Juli 1972)
Contoh 79. Judul: Kualitas Kejahatan Meningkat di Tahun 1973
Selama tahun 1973 ini kejahatan cenderung meningkat dalam
kualitas dan alat-alat keamanan masih dapat menguasai
keamanan ibukota. (Kompas, 31 Desember 1973)
Contoh 80. Judul: Pembangunan dan Pelayanan Kemasyarakatan
Supaya Perhatikan Rakyat Kecil
Pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan harus secara
khusus memperhatikan rakyat kecil yang lemah ekonomi maupun
pengetahuan. Oleh karena itu, perasaan damai adalah sesuatu
yang harus dibangun dan dibina terus-menerus setiap hari.
(Kompas, 24 Desember 1973)
Contoh 81. Judul: Semula Kita Senang Dengan Situasi Akhir- akhir Ini
Jenderal Sumitro menilai bahwa "pola lama" terjadi lagi kini.
Pemimpin-pemimpin berbicara di DPR, mereka juga
menggerakkan "pressure groupnya", ormasnya. Yang datang ke
sana sebetulnya anak-anak yang tak mengerti apa-apa, yang di
belakangnya yang akan dicari. (Kompas, 2 Oktober 1973)
Contoh 82. Judul: Harus Ditekankan Pegawai Negeri Adalah
Abdi Masyarakat
Bahwa pegawai negeri adalah abdi masyarakat perlu ditegaskan
dalam RUU ini. (Kompas, 12 September 1974)
Contoh 77 (ranah sosbud) merupakan eufemisme dari kesanggupan pemerintah untuk mengadakan pembaharuan pendidikan baru pada awal Pelita Kedua.
Contoh 77. Judul: Boertien Terkejut Diberitahu Keadaan Pendidikan
di Indonesia
Sesungguhnya kita baru akan "take off" benar-benar dalam
pembaharuan pendidikan pada awal Pelita kedua.
(Kompas, 18 Maret 1972)
Contoh 78. Judul: Bukan Hak-hak Istimewa Pada ABRI, Tapi
TanggungJawab Lebih Berat
Bukan hak-hak istimewa yang melekat pada ABRI, melainkan
tanggung jawab yang lebih berat dan tugas yang lebih luas yang
dipikul di atas pundaknya, ujar kepala negara.
(Kompas, 6 Juli 1972)
Contoh 79. Judul: Kualitas Kejahatan Meningkat di Tahun 1973
Selama tahun 1973 ini kejahatan cenderung meningkat dalam
kualitas dan alat-alat keamanan masih dapat menguasai
keamanan ibukota. (Kompas, 31 Desember 1973)
Contoh 80. Judul: Pembangunan dan Pelayanan Kemasyarakatan
Supaya Perhatikan Rakyat Kecil
Pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan harus secara
khusus memperhatikan rakyat kecil yang lemah ekonomi maupun
pengetahuan. Oleh karena itu, perasaan damai adalah sesuatu
yang harus dibangun dan dibina terus-menerus setiap hari.
(Kompas, 24 Desember 1973)
Contoh 81. Judul: Semula Kita Senang Dengan Situasi Akhir- akhir Ini
Jenderal Sumitro menilai bahwa "pola lama" terjadi lagi kini.
Pemimpin-pemimpin berbicara di DPR, mereka juga
menggerakkan "pressure groupnya", ormasnya. Yang datang ke
sana sebetulnya anak-anak yang tak mengerti apa-apa, yang di
belakangnya yang akan dicari. (Kompas, 2 Oktober 1973)
Contoh 82. Judul: Harus Ditekankan Pegawai Negeri Adalah
Abdi Masyarakat
Bahwa pegawai negeri adalah abdi masyarakat perlu ditegaskan
dalam RUU ini. (Kompas, 12 September 1974)
Contoh 77 (ranah sosbud) merupakan eufemisme dari kesanggupan pemerintah untuk mengadakan pembaharuan pendidikan baru pada awal Pelita Kedua.
Contoh 78 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari ABRI tetap orang biasa, hanya tanggung jawabnya yang lebih berat.
Contoh 79 (ranah polhukam) adalah eufemisme dari kejahatan kian bertambah sadis, namun, keamanan ibukota tetap terjaga.
Contoh 80 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari pembangunan dan pelayanan rakyat kecil yang miskin dan bodoh dilakukan dengan membina perasaan damai di antara mereka secara terus-menerus.
Contoh 81 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari situasi dan keadaan seperti zaman Orde Lama terjadi lagi. Pemimpin-pemimpin berbicara di DPR, namun, mereka juga menggerakkan ormasnya dan contoh 82 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari pegawai negeri itu harus tunduk kepada penguasa.
Contoh 83. Judul: Perkembangan Ekonomi Dunia Belum Pernah
Sekacau Ini.
"Kita mencoba membuat pagar-pagar agar pembangunan dapat
berlangsung terus dengan hasil seperti yang diharapkan. Kenaikan
harga barang-barang tetap dalam batas-batas yang mampu
dikendalikan pemerintah. (Kompas, 7 Oktober 1974)
Contoh 84. Judul: Meninggalnya 67 Transmigran di Bengkulu Selatan
Mereka meninggal karena penyakit malaria, dan bukan oleh
sebab-sebab lain. (Kompas, 29 Mei 1974)
Contoh 85. Judul: Masalah Tanah Merupakan Sumber Keresahan
Masalah tanah warga senantiasa merupakan "titik rawan" bagi
kehidupan politik dan ekonomi nasional. Berkembangnya berbagai
sektor pembangunan "bukan tidak mungkin menimbulkan
problema yang perlu dipikirkan antisipasinya".
(Kompas, 4 Juni 1974)
Contoh 86. Judul: Pernyataan Pimpinan Hankam ABRI Tentang
Gerakan-gerakan Mahasiswa
Pimpinan Hankam ABRI menyatakan bahwa sebenarnya
demonstrasi-demonstrasi belum dibenarkan oleh peraturan yang
berlaku. Tapi, justru bermaksud menunjukkan suatu itikad baik.
(Kompas, 15 Januari 1974)
Contoh 87. Judul: PATA Hendaknya Dapat Tumbuh Jadi Pendorong
Pembangunan
Presiden menekankan perlunya cakrawala baru dalam usaha
promosi pariwisata. (Kompas, 2 April 1975)
Contoh 88. Judul : Sebaiknya RI Adakan Hubungan Dagang Langsung
Dengan RRT
Sebab minyak adalah barang strategis, kata menlu. Ia akan terus
menuju Nusa Tenggara untuk melanjutkan acara "silaturrahmi"-nya
dengan keluarga pohon beringin (Golkar). (Kompas, 17 April 1971)
Contoh 83 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari segala sesuatu akan dilakukan untuk menjaga agar pembangunan tetap lancar dan kenaikan harga tetap terjangkau.
Contoh 83. Judul: Perkembangan Ekonomi Dunia Belum Pernah
Sekacau Ini.
"Kita mencoba membuat pagar-pagar agar pembangunan dapat
berlangsung terus dengan hasil seperti yang diharapkan. Kenaikan
harga barang-barang tetap dalam batas-batas yang mampu
dikendalikan pemerintah. (Kompas, 7 Oktober 1974)
Contoh 84. Judul: Meninggalnya 67 Transmigran di Bengkulu Selatan
Mereka meninggal karena penyakit malaria, dan bukan oleh
sebab-sebab lain. (Kompas, 29 Mei 1974)
Contoh 85. Judul: Masalah Tanah Merupakan Sumber Keresahan
Masalah tanah warga senantiasa merupakan "titik rawan" bagi
kehidupan politik dan ekonomi nasional. Berkembangnya berbagai
sektor pembangunan "bukan tidak mungkin menimbulkan
problema yang perlu dipikirkan antisipasinya".
(Kompas, 4 Juni 1974)
Contoh 86. Judul: Pernyataan Pimpinan Hankam ABRI Tentang
Gerakan-gerakan Mahasiswa
Pimpinan Hankam ABRI menyatakan bahwa sebenarnya
demonstrasi-demonstrasi belum dibenarkan oleh peraturan yang
berlaku. Tapi, justru bermaksud menunjukkan suatu itikad baik.
(Kompas, 15 Januari 1974)
Contoh 87. Judul: PATA Hendaknya Dapat Tumbuh Jadi Pendorong
Pembangunan
Presiden menekankan perlunya cakrawala baru dalam usaha
promosi pariwisata. (Kompas, 2 April 1975)
Contoh 88. Judul : Sebaiknya RI Adakan Hubungan Dagang Langsung
Dengan RRT
Sebab minyak adalah barang strategis, kata menlu. Ia akan terus
menuju Nusa Tenggara untuk melanjutkan acara "silaturrahmi"-nya
dengan keluarga pohon beringin (Golkar). (Kompas, 17 April 1971)
Contoh 83 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari segala sesuatu akan dilakukan untuk menjaga agar pembangunan tetap lancar dan kenaikan harga tetap terjangkau.
Contoh 84 (ranah ekonomi) adalah eufemisme dari transmigran itu meninggal karena kelaparan.
Contoh 85 (ranah polhukam) adalah eufemisme dari masalah tanah yang dapat menjadi masalah besar bila tidak secepatnya diselesaikan.
Contoh 86 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari demonstrasi dengan dalih apapun dilarang di Indonesia. Contoh 87 (ranah sosbud) merupakan eufemisme dari perlunya pemikiran baru tentang pariwisata sesuai dengan petunjuk presiden.
Contoh 88 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari kampanye partai Golkar yang dapat dilakukan kapan saja dan perjalanan dinas juga dijadikan arena kampanye.
Contoh 89. Judul: Bantuan IGGI 1975 – 1976: 920 Juta
Dipastikan dari Kesediaan 2 Milyar Dollar
Sesuai dengan perekonomian Indonesia dewasa ini, maka
bantuan yang akan diterima itu sebanyak 920 juta.
(Kompas, 15 Mei 1975)
Contoh 90. Judul: Mobil Mewah yang Berhasil Masuk Tidak Boleh
Jalan
Semua mobil mewah yang ketahuan dimasukkan ke Indonesia
dilarang untuk diberi nomor polisi, hingga mobil itu tidak mungkin
lagi dipakai. (Kompas, 21 Mei 1975)
Contoh 91. Judul: Bank Indonesia Penghimpun Hasil Ekspor
Minyak Pertamina
Pemerintah telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan
untuk mengatasi keadaan yang ditimbulkan karena kesulitan-
kesulitan yang dihadapi pertamina. (Kompas, 26 Juni 1975)
Contoh 92. Judul: Blokade Tanah Oleh Pemerintah Daerah Sering
Merugikan Rakyat
Dalam blokade-blokade tanah itu tidak jarang pula ditemui adanya
tekanan-tekanan dan intimidasi terhadap rakyat pemilik tanah,
sehingga melepas tanahnya jauh di bawah harga yang
dikehendaki. (Kompas, 24 Januari 1975)
Contoh 93. Judul: Pengadilan "Malari" Bukan Ditujukan Terhadap
Suatu Universitas
Demikian pula pemahaman terhadap mereka justru dimaksudkan
untuk menjernihkan segala duduk perkaranya. Sehingga tabir
asap yang menyelimuti peristiwa awal tahun itu terungkap. Hal itu
untuk menggairahkan pembangunan dan untuk menjamin selurus-
lurusnya jalannya pembangunan. (Kompas, 17 Februari 1975)
Contoh 94. Judul: Pasukan Indonesia Siap Bantu Menertibkan Timor -
Portugis
Dalam hal ini Indonesia bersikap menyerahkan tanggung jawab
kepada pihak Portugal dan menunggu kesediaan Portugal
"membuka pintu". (Kompas, 1September 1975)
Contoh 89 (ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari hutang luar negeri Indonesia sebesar 920 juta dollar yang sudah sangat besar.
Contoh 89. Judul: Bantuan IGGI 1975 – 1976: 920 Juta
Dipastikan dari Kesediaan 2 Milyar Dollar
Sesuai dengan perekonomian Indonesia dewasa ini, maka
bantuan yang akan diterima itu sebanyak 920 juta.
(Kompas, 15 Mei 1975)
Contoh 90. Judul: Mobil Mewah yang Berhasil Masuk Tidak Boleh
Jalan
Semua mobil mewah yang ketahuan dimasukkan ke Indonesia
dilarang untuk diberi nomor polisi, hingga mobil itu tidak mungkin
lagi dipakai. (Kompas, 21 Mei 1975)
Contoh 91. Judul: Bank Indonesia Penghimpun Hasil Ekspor
Minyak Pertamina
Pemerintah telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan
untuk mengatasi keadaan yang ditimbulkan karena kesulitan-
kesulitan yang dihadapi pertamina. (Kompas, 26 Juni 1975)
Contoh 92. Judul: Blokade Tanah Oleh Pemerintah Daerah Sering
Merugikan Rakyat
Dalam blokade-blokade tanah itu tidak jarang pula ditemui adanya
tekanan-tekanan dan intimidasi terhadap rakyat pemilik tanah,
sehingga melepas tanahnya jauh di bawah harga yang
dikehendaki. (Kompas, 24 Januari 1975)
Contoh 93. Judul: Pengadilan "Malari" Bukan Ditujukan Terhadap
Suatu Universitas
Demikian pula pemahaman terhadap mereka justru dimaksudkan
untuk menjernihkan segala duduk perkaranya. Sehingga tabir
asap yang menyelimuti peristiwa awal tahun itu terungkap. Hal itu
untuk menggairahkan pembangunan dan untuk menjamin selurus-
lurusnya jalannya pembangunan. (Kompas, 17 Februari 1975)
Contoh 94. Judul: Pasukan Indonesia Siap Bantu Menertibkan Timor -
Portugis
Dalam hal ini Indonesia bersikap menyerahkan tanggung jawab
kepada pihak Portugal dan menunggu kesediaan Portugal
"membuka pintu". (Kompas, 1September 1975)
Contoh 89 (ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari hutang luar negeri Indonesia sebesar 920 juta dollar yang sudah sangat besar.
Contoh 90 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari pemerintah menekankan bahwa tidak boleh seorangpun memakai mobil mewah di Indonesia.
Contoh 91 (ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari Bank Indonesia sebagai pengumpul hasil ekspor minyak Pertamina telah berusaha semaksimal mungkin mengatasi kerugian yang dihadapi Pertamina.
Contoh 92 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari pemerintah daerah mencaplok tanah rakyat dengan kekerasan, sehingga masyarakat terpaksa menjualnya dengan harga murah.
Contoh 93 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari pengadilan terhadap Malari merupakan pelajaran buat universitas-universitas lain dan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi.
Contoh 94 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari Indonesia hanya membantu dan mau berdiskusi dengan Portugal.
Contoh 95. Judul: Kenaikan APBN 1976 – 1977 Tidak Sebesar Tahun
1975 –1976
RAPBN yang baru relatif lebih rendah dibanding tahun
sebelumnya, tapi "kita tidak perlu berkecil hati". Karena berbagai
sasaran yang tercantum dalam Repelita II diperkirakan masih
dapat dicapai. Bahkan beberapa sasaran Repelita itu kinipun telah
ada yang dapat dicapai. (Kompas, 6 Januari 1976)
Contoh 96. Judul: Referendum Untuk Timtim Tidak Diperlukan Lagi
Karena pemecahan masalah Timtim yang paling tepat adalah
integrasi dengan Indonesia. Dari pemerintah pusat di Jakarta
sudah ada lampu hijau. (Kompas, 13 Februari 1976)
Contoh 97. Judul: Ke Montreal: Korea Utara, Bukan Indonesia
Tetapi rupanya "nasib Indonesia tidak begitu baik". Kedudukan
tetap 3 – 3 dan pihak tamu selamat dari bahaya besar.
(Kompas, 27 Februari 1976)
Contoh 98. Judul: Penyelundupan Menyentuh Keselamatan Hidup
Bangsa
Usaha pemerintah untuk menanggulanginya belum memperoleh
hasil yang melegakan, walaupun hasil-hasil kecil ada juga. Dengan
penyelundupan ada tiga akibat yang dapat menyentuh
keselamatan dan kelangsungan hidup bangsa, yakni kebocoran
saluran pemasukan keuangan negara, terancamnya
perkembangan industri, dan tergoyahnya mental alat-alat negara.
(Kompas, 2 Maret 1976)
Contoh 99. Judul: Perkiraan Situasi 1976 Tidak Diumumkan
Laporan Kepala Bakin itu dalam usaha lebih menyesuaikan
rencana kerja masing-masing dengan situasi dan kondisi negara.
Tugas pemerintah memang memonitor keresahan-keresahan
tersebut. (Kompas, 17 Maret 1976)
Contoh 100. Judul: Jumlah Hutang Pertamina Belum Selesai Dihitung
Piet Haryono mengemukakan perundingan tidak macet, "hanya
belum selesai". (Kompas, 30 Maret 1976)
Contoh 95 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari kenaikan APBN yang kecil tidak menjadi masalah karena beberapa sasaran Repelita itu telah ada yang dicapai dan penyelesaian masalah Timtim yang paling tepat adalah berintegrasi dengan Indonesia seperti tertera pada
Contoh 95. Judul: Kenaikan APBN 1976 – 1977 Tidak Sebesar Tahun
1975 –1976
RAPBN yang baru relatif lebih rendah dibanding tahun
sebelumnya, tapi "kita tidak perlu berkecil hati". Karena berbagai
sasaran yang tercantum dalam Repelita II diperkirakan masih
dapat dicapai. Bahkan beberapa sasaran Repelita itu kinipun telah
ada yang dapat dicapai. (Kompas, 6 Januari 1976)
Contoh 96. Judul: Referendum Untuk Timtim Tidak Diperlukan Lagi
Karena pemecahan masalah Timtim yang paling tepat adalah
integrasi dengan Indonesia. Dari pemerintah pusat di Jakarta
sudah ada lampu hijau. (Kompas, 13 Februari 1976)
Contoh 97. Judul: Ke Montreal: Korea Utara, Bukan Indonesia
Tetapi rupanya "nasib Indonesia tidak begitu baik". Kedudukan
tetap 3 – 3 dan pihak tamu selamat dari bahaya besar.
(Kompas, 27 Februari 1976)
Contoh 98. Judul: Penyelundupan Menyentuh Keselamatan Hidup
Bangsa
Usaha pemerintah untuk menanggulanginya belum memperoleh
hasil yang melegakan, walaupun hasil-hasil kecil ada juga. Dengan
penyelundupan ada tiga akibat yang dapat menyentuh
keselamatan dan kelangsungan hidup bangsa, yakni kebocoran
saluran pemasukan keuangan negara, terancamnya
perkembangan industri, dan tergoyahnya mental alat-alat negara.
(Kompas, 2 Maret 1976)
Contoh 99. Judul: Perkiraan Situasi 1976 Tidak Diumumkan
Laporan Kepala Bakin itu dalam usaha lebih menyesuaikan
rencana kerja masing-masing dengan situasi dan kondisi negara.
Tugas pemerintah memang memonitor keresahan-keresahan
tersebut. (Kompas, 17 Maret 1976)
Contoh 100. Judul: Jumlah Hutang Pertamina Belum Selesai Dihitung
Piet Haryono mengemukakan perundingan tidak macet, "hanya
belum selesai". (Kompas, 30 Maret 1976)
Contoh 95 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari kenaikan APBN yang kecil tidak menjadi masalah karena beberapa sasaran Repelita itu telah ada yang dicapai dan penyelesaian masalah Timtim yang paling tepat adalah berintegrasi dengan Indonesia seperti tertera pada
contoh 96 (ranah polhukam).
Contoh 97 (ranah sosbud) merupakan eufemisme dari kekalahan tim sepak bola Indonesia yang memberi peluang kepada Korea Utara untuk berangkat ke Montreal mengikuti olimpiade dan contoh 98 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari akibat penyelundupan adalah terjadinya korupsi, perkembangan industri terancam, dan rusaknya mental aparatur negara.
Contoh 99 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari perkiraan situasi 1976 yang tidak diumumkan adalah sebagian dari tugas pemerintah adalah terus mengawasi keresahan-keresahan yang terjadi dalam masyarakat dan contoh 100 (ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari perundingan itu telah gagal.
Contoh 101. Judul: Jangan Manfaatkan Secara Salah Tenaga Kerja
yang Berlimpah
Presiden Soeharto memperingatkan agar tidak memanfaatkan
secara salah tenaga kerja yang berlimpah dewasa ini. (Kompas, 9 Agustus 1976)Contoh 102. Judul: Pewarisan Harus Didesak pada
Kualitas Kepemimpinan
"Kalau kualitas generasi muda memang mampu memanage
demokrasi secara wajar dan maju, maka sudah dengan sendirinya!
ujar menteri, jika generasi muda tidak mau mendidik diri, maka
generasi tua akan tetap". (Kompas, 16 Agustus 1976)
Contoh 103. Judul: Pembersihan Berlangsung Terus di RRC
Sekalipun Ketua Mao sudah berpulang, pikiran-pikirannya akan
terus menjadi penunjuk jalan, kata Hua Kuo Feng.
(Kompas, 28 September 1976)
Contoh 104. Judul: Harus Dilihat Kaitannya dengan Induk Organisasi
Masing-masing
Para anggota legislatif sudah peka, hanya ada hambatan-
hambatan psikologis. (Kompas, 2 November 1976)
Contoh 105. Judul: Kembangkan Hubungan Hati ke Hati Rakyat
Indonesia –Jepang
Kemungkinan Perdana Menteri Kerajaan Jepang Takeo Fukuda ke
Indonesia, serta pertemuannya secara pribadi dengan Presiden
Soeharto telah menghasilkan kontak dari hati ke hati.
(Kompas, 15 Agustus 1977)
Contoh 106. Judul: Kegiatan Mahasiswa Masih Dalam Batas
Kewajaran
Menteri menambahkan, isu itu semua dipakai secara politis dan
kini para rektor diminta menjelaskan kepada mahasiswa.
Kebebasan mimbar dalam kampus tetap dijamin, asal tetap dalam
batas-batas kewajaran dan bertanggung jawab.
(Kompas, 25 November 1977)
Contoh 101 (ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari tenaga kerja harus diperlakukan dengan manusiawi dan contoh 102 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari generasi tua yang tidak mau tersingkir oleh generasi muda (presiden tidak mau diganti). Contoh 103 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari walaupun ketua Mao sudah mati, namun pendapatnya tetap dijadikan pedoman hidup bagi rakyat Cina. Contoh 104 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari anggota legislatif itu tidak peka dengan masalah yang dihadapi rakyat. Contoh 105 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari dengan akan berkunjungnya Perdana Menteri Jepang ke Indonesia, maka akan terjalin hubungan bilateral antarkedua negara dan contoh 106 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari pemerintah yang pengendalikan kegiatan kehidupan kampus.
Contoh 107. Judul: Tidak Tercapainya Sasaran Produksi Pangan
1976 Tak Banyak Berpengaruh
Menteri Ekuin Widjojo Nitisastro mengatakan tidak tercapainya
sasaran produksi pangan 1976 tidaklah berpengaruh banyak.
Sebab hasil produksi itu "hanya" tidak mencapai target yang
ditetapkan setiap tahun dan bukan penurunan dalam pengertian
absolut. (Kompas, 10 Januari 1977)
Contoh 108. Judul: Presiden Menilai Pemilu 1977 dan Hasilnya Sah
Ia menekankan lagi jika ada pihak-pihak yang berusaha
menganulir hasil-hasil ataupun menyatakan hasil tersebut tidak
sah, maka "itikad baik pihak yang bersangkutan dapat
dipertanyakan". Ditanya penilaian terhadap adanya protes-protes
yang berkembang, ia menyebutkan sebagai suatu "siasat politik".
Ia hanya mengatakan "memang ada yang manis dan ada yang
nakal". (Kompas, 30 Mei 1977)
Contoh 109. Judul: Kemacetan Dana Pengganti SPP Sedang Diteliti
Menteri Penertiban Aparatur Negara mengatakan bahwa ia belum
dapat mengatakan apakah kemacetan itu karena "kurang
sempurna mekanismenya" atau karena "ulah manusianya".
(Kompas, 20 Juni 1977)
Contoh 110. Judul: Lembaga Peradilan Kita Kurang Pancarkan
Kewibawaan
Peradin mengkonstantir lembaga-lembaga peradilan kita kini
kurang memancarkan kewibawaan. Tindakan-tindakan sementara
hakim yang kurang patut dalam menjalankan tugasnya.
(Kompas, 14 September 1977)
Contoh 111. Judul: Indonesia Perlukan Penanaman Modal Asing
(PMA) Cukup Besar Tahun Ini
Ketua BKPM Barli Halim mengatakan bahwa Indonesia
memerlukan modal asing untuk pembangunan lebih besar tahun
ini. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan kebijaksanaan "one
stop service" dalam menangani penanaman modal itu.
(Kompas, 1Mei 1978)
Contoh 112. Judul: Jabarkan Pola Hidup Sederhana Sehingga
Operasionil
Preside Soeharto meminta kepada Menteri Negara Emil Salim
untuk menjabarkan lebih lanjut "pola hidup sederhana", sehingga
benar-benar menjadi operasionil. (Kompas, 29 Mei 1978)
Contoh 107 (ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari produksi beras pada tahun 1976 ini menurun. Contoh 108 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari presiden mengatakan bahwa pemilu 1977 sah. Siapa yang mengatakan tidak sah, itu hanya siasat politik saja karena memang orang itu ada yang berbakti dan ada yang durhaka. Contoh 109 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari dana pengganti SPP itu macet karena dikorupsi atau karena kelalaian birokrasi. Contoh 110 (ranah polhukam) adalah eufemisme dari hukum di Indonesia mandul. Contoh 111 (ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari pemberlakuan 'sistem satu pintu' dalam menangani penanaman modal asing dan ontoh 112 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari instruksi presiden agar rakyat Indonesia menjalani pola hidup sederhana.
Contoh 113. Judul: Pupuk Saling Pengertian
KSAD Letjen Widodo mengajak dipupuknya saling pengertian agar
tidak terdadak oleh keadaan yang tidak terduga sebelumnya. Lebih
baik bersedia payung sebelum hujan. (Kompas, 7 Maret 1978)
Contoh 114. Judul: Sulit Diwujudkan Aparatur Bawahan Bersedia
Memberi Laporan Apa Adanya
Bawahan tetap berkecenderungan memberikan laporan muluk-
muluk. Meskipun ditanya selalu bisa disediakan jawaban "berkat
swadaya masyarakat". (Kompas, 19 Mei 1979)
Contoh 115. Judul: Kehidupan Monolitisme Agar Diubah
Kehidupan monolitisme yang sudah berkembang dari atas sampai
ke bawah harus segera diubah dan diganti dengan mekanisme
kepemimpinan yang terbuka, kata Abd. Huhamahua.
(Kompas, 27 Oktober 1979)
Contoh 116. Judul: Cita-cita Akan Martabat Manusia Harus
Dikonfrontir Dengan Keadaan Tak Manusiawi
Supaya cita-cita akan martabat manusia tidak menjadi sekedar
ideal abstrak yang kosong, cita-cita itu harus senantiasa
dikonfrontir dengan situasi riil yang justru memperkosa martabat
manusia. (Kompas, 18 Juli 1980)
Contoh 117. Judul: Perkelahian Pelajar DKI Karena Hasutan Luar
Sesuai petunjuk Presiden menurut menteri, para pelajar harus
diamankan dari hasutan yang dapat menjerumuskan mereka.
(Suara Karya, 3 Oktober 1981)
Contoh 118. Judul: Mubarak Ingin Berbalik Dengan Negara-negara
Arab
Anwar Sadat, pahlawan perang dan damai Sabtu lalu dibaringkan
di tempat peristirahatannya yang terakhir. Ketika peti jenazah
dimasukkan ke dalam makam, janda almarhum meledak tangisnya
yang merawankan hati. (Suara Karya, 12 Oktober 1981)
⁹
Contoh 113 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari rakyat Indonesia harus siap siaga menghadapi hal-hal yang tidak terduga dan contoh 114 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari pejabat atasan yang hanya ingin bagusnya saja, sehingga laporan dari bawahan hanya bersifat ABS (asal bapak senang) walaupun tidak sesuai dengan kenyataan yang sangat bertolak belakang dengan isi laporan itu dan juga tidak diperiksa ulang oleh atasannya. Contoh 115 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari sistem kepemimpinan yang satu komando harus diubah menjadi sistem kepemimpinan terbuka dan contoh 116 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari cita-cita akan martabat manusia agar tidak hanya mimpi belaka harus dikontraskan dengan kenyataan yang terjadi di tengah masyarakat. Contoh 117 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari para pelajar harus dijauhkan dari hal-hal yang menjerumuskan mereka. Contoh 118 (ranah sosbud) merupakan eufemisme dari Anwar Sadat telah dikuburkan di kuburannya dan ketika peti mayat dimasukkan ke dalam kuburan, jandanya menangis yang mengharukan pelayat lainnya.
Contoh 119. Judul: Semangat Kepahlawanan Harus Melandasi
Segala Kegiatan
Peringatan Hari Pahlawan 10 November tahun 1981 mempunyai
arti dan peranan yang sangat penting dan jangkauan yang luas
terutama dalam perjuangan mengisi kemerdekaan dengan
meningkatkan pemerataan hasil pembangunan di segala
bidang.(Suara Karya, 10 November 1981)
Contoh 120. Judul: Jawaban Terhadap Penyelewengan Oknum-
oknum Tak Bertanggung Jawab
Sementara itu Ketua Umum Pusbadhi RO Tampubolon
berpendapat, ketiga hakim itu jangan dirumahkan saja, tetapi
harus diseret ke meja hijau. (Suara Karya, 3 Februari 1981)
Contoh 121. Judul: Amerika Serikat: "Jangan Mengail di Air Keruh"
dalam Kemelut Iran
Amerika Serikat menyerukan kepada negara-negara lain supaya
menahan diri dari usaha untuk "mengail di air keruh" dalam
kemelut yang melanda Iran sekarang. (Suara Karya, 1 Juli 1981)
Contoh 122. Judul: Mendagri: Jangan Komersialkan Pemilihan
Kepala Daerah
Kalau ada komersialisasi dalam urusan gubernur dan bupati dapat
rusak negara ini. Kalau ada tawar-menawar itu memang biasa,
kata menteri. (Suara Karya, 17 Juli 1981)
Contoh 123. Judul: F ABRI: Generasi Muda Harus Dimerahputihkan
Sejak lahirnya, Orde Baru telah bertekad mengadakan koreksi total
terhadap penyelewengan-penyelewengan dari Pancasila dan UUD
1945 dan segala kekeliruan-kekeliruan yang dapat berakibat fatal.
(Suara Karya, 9 Juli 1982)
Contoh 124. Judul: Bantu Pak Harto Sukseskan Tugas
Konstitusionalnya
Tetapi tadi pagi ketua panitia terpaksa langsung ke rumah duka di
Matraman, kata Barlianta. Kepergian Pak Ali Murtopo untuk
selamanya mendapat tanggapan luas. (Suara Karya, 17 Mei 1984)
Contoh 119 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari pembangunan akan diadakan di seluruh daerah di Indonesia dan di segala bidang kehidupan rakyat dan contoh 120 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari hakim-hakim yang menerima suap itu harus diadili. Contoh 121 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari seruan Amerika Serikat kepada negara lain agar tidak menggunakan kesempatan dalam kemelut di Iran. Contoh 122 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari Mendagri tidak mengizinkan adanya sistem perdagangan dalam pemilihan gubernur dan bupati, tetapi sistem jual beli boleh dan contoh 123 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari tekad Orde Baru untuk membasmi penyeleweng-penyeleweng Pancasila dan UUD 1945 dan segala kekeliruan yang berakibat fatal. Contoh 124 (ranah sosobud) merupakan eufemisme dari kematian Bapak Ali Murtopo mendapat tanggapan luas dari masyarakat Indonesia.
Contoh 125. Judul: Indonesia Mengalami Kekurangan Eksportir
Kebanyakan eksportir Indonesia masih menggunakan tangan
ketiga untuk ekspor ke negara-negara utama seperti Amerika
Serikat dan Eropa Barat. Akibatnya, sebagian besar nilai tambah
jatuh ke tangan perantara seperti Hongkong.
(Suara Karya, 7 Januari 1985)
Contoh 126. Judul: Presiden Minta Menteri Keuangan Segera
Lakukan Penelitian
Radius juga mengungkapkan salah satu penyebab hambatan di
pelabuhan adalah "pengganggu keamanan". Ketika ditanya
pengganggu keamanan itu apa, dia mengatakan "Saudara pura
pura tidak mengerti". (Suara Karya, 14 Februari 1985)
Contoh 127. Judul: Tempat-tempat Pengeluaran Izin Potensial Untuk
Korupsi
Alasannya, PDI memantau dan mengamati keresahan masyarakat
mengenai korupsi yang dewasa ini sudah mengambil proporsi
yang sangat mengkhawatirkan. Undang-undang dan hukum
kurang efektif, vonis dan hukum penjara bisa diatur.
(Suara Karya, 23 November 1987)
Contoh 128. Judul: Sarwono: Garis Politik Naro Berbeda Dengan
Soeharto
Wakil ketua FKP Sarwono Kusumaatmaja menegaskan, Dr. H.J.
Naro (Ketua Umum DPP P3) yang dicalonkan FPP sebagai wakil
presiden secara apriori tidak memenuhi satu syarat konstitusional,
yakni bisa bekerja sama dengan calon presiden dilihat dari segi
pelaksanaan GBHN, calon presiden Soeharto mempunyai garis
politik yang berbeda dengan calon wakil presiden dari FPP itu.
(Suara Karya, 4 Maret 1988)
Contoh 129. Judul: Presiden: "Pada Suatu Saat Tangan Kita Akan di
Atas"
Indonesia bercita-cita dan berusaha membantu negara lain. "Pada
suatu saat pasti tangan kita akan berada di atas", kata Presiden
Soeharto. Akan tetapi karena kita masih terbatas, kita menerima
bantuan uluran tangan negara-negara lain, kata presiden.
(Suara Karya, 4 Juni 1988)
Contoh 130. Judul: Eselon "Kedap Arahan" Penyebab Aparatur
Kurang Berfungsi
Dalam jajaran aparatur negara terdapat suatu lapisan atau eselon "kedap arahan". Eselon ini penyebab masyarakat tidak dapat berbuat apa-apa terhadap pelayanan mereka yang kurang memuaskan. (Suara Karya, 2 Agustus 1988)
Contoh 125 (ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari ekspor Indonesia belum langsung ke negara tujuan, tetapi harus melewati negara perantara seperti Hongkong. Akibatnya, sebagian besar keuntungan juga untuk negara perantara itu. Contoh 126 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari hambatan di pelabuhan terjadi karena adanya pengganggu keamanan yang disebut informan yang terdiri dari anggota ABRI dan sipil yang dipekerjakan untuk melindungi barang-barang pedagang dari pemeriksaan petugas bea dan cukai agar tidak dikenai pajak dan hal ini telah diketahui umum. Contoh 127 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari korupsi sudah sangat merajalela disebabkan undang-undang dan hukum dapat dijualbelikan dan contoh 128 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari Dr. H.J. Naro ditolak untuk menjadi wakil presiden karena tidak dari partai Golkar. Contoh 129 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari Presiden Soeharto mengatakan karena kita miskin jadi sekarang kita berhutang dulu. Bila suatu saat kita kaya, kita akan memberi dan contoh 130 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari adanya lapisan aparatur negara yang tidak tersentuh hukum dan berbuat sewenang-wenang terhadap masyarakat. Akibatnya, masyarakat hanya pasrah dengan pelayanan mereka yang tidak memuaskan.
Contoh 131. Judul: Pembicaraan Tentang Calon Presiden "Angin
Segar" Kedewasaan Bangsa
Keterbukaan Presiden Soeharto untuk membicarakan masalah
pencalonan presiden di masa mendatang merupakan "angin
segar" dalam iklim kehidupan politik demokrasi Pancasila.
(Suara Karya, 14 April 1989)
Contoh 132. Judul: 1,2 Juta Dolar Setiap Hari Hasil Tambahan Kuota
Minyak
Melemahnya harga jual minyak nasional pada bulan Juni ini
disebabkan oleh turunnya harga minyak Dubai dan Oman.
(Suara Karya, 19 Juni 1989)
Contoh 133. Judul: Wahono Tegaskan: Hilangkan Monopoli
dan Bisnis Fasilitas
Ketua Umum DPP Golkar Wahono menegaskan, bisnis fasilitas
yang diberikan kepada pihak-pihak tertentu harus dihilangkan
untuk menutup penyimpangan-penyimpangan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan. (Suara Karya, 9 Juni 1990)
Contoh 134. Judul: Kepala Negara Sampaikan Belasungkawa:
Korban Insiden Dili Sekitar 50 Orang Tewas
"Presiden juga menyampaikan rasa keprihatinannya terhadap
keluarga yang sanak keluarganya sampai saat ini belum diketahui
berada di mana, demikian Murdiono.
(Kompas, 27 Desember 1991)
Contoh 135. Judul: Ketua Mahkamah Agung Diminta Penuhi Janji
Menindak Hakim "Nakal"
Pernyataan Ketua Mahkamah Agung Purwoto S Gandasubrata
untuk menindak tegas bagi hakim yang "nakal" patut disambut
sebagai janji yang harus direalisir. Kalau memang ada hakim
yang terbukti melakukan penyimpangan, Purwoto mengatakan
"apa boleh buat, saya akan mengambil langkah tegas".
(Kompas, 31 Juli 1992)
Contoh 136. Judul: Pejabat Eselon I Departemen Keuangan
Bantu Kejaksaan Agung Usut Ekspor Fiktif
Menteri Keuangan Mar'ie Muhammad menugaskan tiga pejabat
eselon I Departemen Keuangan untuk membantu kejaksaan
agung mengusut masalah ekspor fiktif. Sistem itu dipakai oleh
orang-orang yang tidak benar. (Kompas, 14 Oktober 1994)
Contoh 131 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari keterbukaan Presiden Soeharto untuk membicarakan pencalonan presiden sangat menyenangkan rakyat dan sekalligus mengagetkan. Contoh 132 (ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari harga minyak nasional turun. Contoh 133 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari kolusi dan nepotisme yang terjadi antarpejabat menyebabkan terjadinya korupsi. Contoh 134 (ranah sosbud) merupakan eufemisme dari rasa sedih kepala negara yang disampaikan kepada keluarga korban insiden Dili dan contoh 135 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari Ketua Mahkamah Agung hendaknya menepati janjinya untuk menindak tegas hakim-hakim yang suka minta uang suap. Contoh 136 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari adanya ekspor palsu yang dilakukan oleh para koruptor dan Menkeu Mar'ie Muhammad menugaskan tiga orang pejabat eselon I Depkeu untuk membantu Kejaksaan Agung untuk mengusutnya.
Contoh 137. Judul: Imbauan Presiden: Pengusaha Dirikan
Yayasan Yang Menyediakan Bea Siswa
Untuk itu perguruan tinggi yang sudah maju dan para pengusaha
diharap bisa lebih memberi peluang melalui bea siswa bagi para
mahasiswa yang potensial, namun, tidak mampu.
(Kompas, 16 Januari 1994)
Contoh 138. Judul: Prof. Sumitro Djojohadikusumo: Subsidi
dan Proteksi Rugikan Daya Saing
Jika pemberitaan itu benar, saya khawatir telah terjadi kekhilafan
ganda, yakni kekhilafan pada fakta dan logika. Korupsi dikatakan
komersialisasi. Palsu dikatakan fiktif.
(Kompas, 21 September 1995)
Contoh 139. Judul: Rusuh Di Tengah Bencana Kerinci, Dua
Orang Tewas Satu Luka Berat
Kolonel (Inf) Muchdi Purwo Pranjono menyatakan permohonan
maaf kepada masyarakat setempat, sehubungan adanya tindakan
oknum prajurit yang tidak sesuai prosedur, sehingga
mengakibatkan satu penduduk setempat tewas tertembak.
(Kompas, 13 Oktober 1995)
Contoh 140. Judul: Tanggapi Sikap Para Mantan: Presiden:
Mereka Akan Tergulung
Menurut Presiden, orang-orang itu tak perlu dikhawatirkan. Karena
hanya kelompok kecil yang suatu saat pasti akan tergulung oleh
perjalanan dari yang lain, ucap kepala negara. Presiden
mengingatkan agar jangan ada kelengahan lagi.
(Kompas, 12 September 1996)
Contoh 141. Judul: Rudini: Golkar Siapkan 5 Calon
Menurut pengamatan Republika, penyebutan kriteria ini merupakan
modus baru yang dilakukan Golkar, sebelum ini dilakukan dengan
"kebulatan tekad" dan "doa politik". (Kompas, 22 Oktober 1996)
Contoh 142. Judul: Tim Komnas HAM: Lettu Daniel Akui Pukul Cece
Daniel mengakui pada saat ia memukul Cece kondisi korban
justru kurang baik. "Maka terjadilah hal yang tak diinginkan", kata
Daniel seperti yang ditirukan Bambang.
(Republika, 30 Oktober 1996)
Contoh 137 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari himbauan presiden kepada para pengusaha untuk memberikan bea siswa kepada mahasiswa yang miskin, tetapi pintar dan contoh 138 (ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari kekhawatiran Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo terhadap istilah komersial untuk 'korupsi' dan fiktif untuk 'palsu' yang dapat merusak fakta dan logika. Contoh 139 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari seorang oknum prajurit yang menembak seorang penduduk sipil hingga tewas. Contoh 140 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari kecurigaan Presiden Soeharto terhadap sekelompok kecil orang yang katanya bakal tersingkir dan contoh 141 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari Golkar mengadakan modus baru dengan memberikan 'kriteria calon presiden' dalam persiapan pemilihan presiden sebagai tukaran dari 'kebulatan tekad' dan 'doa politik'. Contoh 142 (ranah sosbud) merupakan eufemisme dari kematian korban karena sakit bukan karena dipukul.
Contoh 143. Judul: Tayangan Sadis dan Seks Harus Diatur Undang
undang
Sri menilai tayangan kekerasan di televisi selama ini memang
memiriskan dan sering tak masuk akal. (Republika, 3 Mei 1996)
Contoh 144. Judul: Eddy Tansil Kabur Dari Lembaga
Pemasyarakatan dan Buron
Terpidana megaskandal Bapindo, Eddy Tansil kini tak diketahui
rimbanya. Penilep uang negara sekitar Rp 1,3 trilyun ini disebutkan
kabur dari Lembaga Pemasyarakatan Cipinang Jakarta Timur.
"Hari ini saya ingin menyampaikan suatu berita yang sangat
memprihatinkan, yakni berita mengenai lolosnya Eddy Tasil dari
penjara", kata Oetoyo Usman.(Republika, 8 Mei 1996)
Contoh 145. Judul: Adi Andoyo Sucipto: "Saya Mendengar Isu
Akan Dipecat
Kowarsus tak melihat ada kolusi, melainkan hanya "kesalahan
prosedur". Adi menurut sumber itu akan dibebastugaskan karena
dinilai bertindak indisipliner melawan atasan dan telah
mencemarkan nama baik Mahkamah Agung kepada pihak luar.
(Republika, 25 Juni 1996)
Contoh 146. Judul: Penonton Iwan Fals Mengamuk
Perlahan-lahan situasi menjadi tidak terkendali. Ketegangan
sempat mencair begitu pertunjukan satu jam itu berlangsung.
Seperti berusaha meredam emosi penonton Iwan bahkan
mengakhiri pertunjukannya dengan sebuah lagu romantis.
(Republika, 15 Januari 1996)
Contoh 147. Judul: Isu Krisis Moneter Dominasi KTT ASEAN
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad mengatakan
bahwa krisis ekonomi sebagian mencerminkan terjadinya
"penyelewengan dan malpraktik" oleh pihak swasta.
(Republika, 14 Desember 1997)
Contoh 148. Judul: Presiden: Kerja Sama Dengan Kekuatan Lain
Peranan ABRI sebagai kekuatan sosial politik perlu terus
disegarkan dan disesuaikan dengan perkembangan dan tingkat
kemajuan bangsa. Pada taraf kemajuan masyarakat dewasa ini,
ABRI berada pada posisi tut wuri handayani, kata presiden.
(Republika, 5 April 1997)
Contoh 143 (ranah sosbud) merupakan eufemisme dari tayangan sadis dan seks di televisi sudah 'sangat mengerikan' dan 'menciutkan hati'. Contoh 144 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari Eddy Tansil yang lari dari penjara dan contoh 145 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari Adi Andoyo yang akan dipecat dengan kesalahan indisipliner. Contoh 146 (ranah sosbud) merupakan eufemisme dari keributan penonton karena keterlambatan Iwan Fals segera reda begitu pertunjukan dimulai. Contoh 147 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari krisis ekonomi terjadi karena korupsi dan kecurangan pihak swasta dan contoh 148 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari posisi ABRI yang tut wuri handayani perlu terus disegarkan dan ditingkatkan.
Contoh-contoh 60,61,63, 65--68, 70--72, 74--76, 78--83, 85,86,88,90, 92--96, 98,99,102--106, 108--110, 112--117, 119--123, 126--131,133, 135--141, 144,145,147,148 termasuk ranah politik, hukum, dan keamanan. Contoh 69,84,89,91,100,101,107,111,125,132 termasuk ranah ekonomi dan pembangunan. Contoh 62, 64, 73, 77, 87, 97, 118, 124, 134, 142, 143,146 termasuk ranah sosial dan budaya.
B. Makna dan Fungsi Gaya Bahasa Eufemisme
Fungsi gaya bahasa eufemisme dapat diturunkan dari maknanya. Dari makna penghalusan, eufemisme berfungsi untuk (a) sopan santun, (b) menghindari kesalahpahaman, dan (c) menjaga muka (agar tidak kehilangan muka). Dari makna kebohongan, eufemisme berfungsi untuk (a) pengendalian, (b) penipuan, (c) kecurigaan, dan (d) kekerasan.
1. Fungsi dari Makna Penghalusan
a. Fungsi Kesopansantunan
Eufemisme yang berfungsi sopan santun terdapat pada contoh- contoh berikut 62, 64, 67, 73, 79, 81, 85, 94, 98, 103, 105, 115, 118, 124, 134, 135, 136, dan 146. Setiap fungsi pada setiap contoh akan diuraikan seperti berikut.
Pada contoh 62 istilah asing mismanagement bermakna 'salah urus dan penghalang'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopansantunan. Istilah asing itu dirasakan lebih sopan daripada memakai frase 'salah urus' dan istilah handicap juga dirasakan lebih sopan dari kata 'penghalang'. Studio film itu terlantar disebabkan salah urus dalam menjalankan perusahaan keluarga yang berdampak negatif pada produksi film nasional secara umum. Istilah asing seasonal pada contoh 64 bermakna 'musiman' juga untuk menunjukkan kesopansantunan dalam berkomunikasi dan untuk menyatakan siklus mewabahnya suatu penyakit. Pada contoh 67 kata misalokasi dan kata tegen prestasi bermakna 'salah menempatkan seseorang dan imbalan yang diberikan kepada negara'. Eufemisme ini dirasakan lebih sopan dari pemakaian kata aslinya. Tindakan korupsi di Indonesia yang telah merajalela dan telah mencapai 30 persen dari GNP merupakan suatu kesalahan yang tidak memberikan suatu pekerjaan pada ahlinya. Para koruptor juga tidak memberikan imbalan yang seimbang dengan uang negara yang dikorupsinya. Pada contoh 73 frase dalam keadaan tidak jalan bermakna 'telah ditutup, menjalankan, dan perusahaan keluarga'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopansantunan. Istilah ini terdengar lebih sopan dari frase telah ditutup. Perusahaan film keluarga yang dalam keadaan tidak jalan itu disebabkan mismanagement. Pada contoh 79 frase meningkat dalam kualitas bermakna 'kejahatan itu lebih sadis, tentara dan polisi, dan keadaan masih tetap stabil'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan sopan santun. Pada tahun 1973, kejahatan cenderung meningkat dari segi kesadisannya, namun, polisi dan anggota ABRI tetap dapat menguasai keamanan ibukota. Pemakaian frase pola lama pada contoh 81 bermakna 'gaya Orde Lama, menekan grupnya, orang-orang yang tidak berkepentingan, dan dalangnya yang akan ditangkap'. Jenderal Sumitro menilai pola lama yang mirip Orde Lama terjadi lagi. Pemimpin berbicara banyak di DPR, tetapi tetap menggerakkan grupnya dan ormasnya. Orang yang harus ditangkap itu adalah orang yang menggerakkan grup-grup itu.
Frase titik rawan pada contoh 85 bermakna 'masalah yang sangat sensitif'. Eufemisme ini berfungsi sebagai pernyataan kesopansantunan. Masalah tanah merupakan sumber keresahan dalam masyarakat dan titik rawan bagi kehidupan politik dan ekonomi nasional. Masalah ini dapat menimbulkan problema-problema yang perlu dipikirkan antisipasinya secepat mungkin. Eufemisme membuka pintu pada contoh 94 bermakna 'berunding'. Pasukan Indonesia siap membantu menertibkan Timor Portugis. Dalam hal ini, Indonesia hanya bersikap menyerahkan tanggung jawab kepada Portugal dan menunggu kesediaan Portugal untuk berunding. Pada contoh 98 eufemisme belum memperoleh hasil yang melegakan, kebocoran pemasukan keuangan negara, dan tergoyahnya mental alat-alat negara bermakna 'pemerintah belum berhasil sempurna menumpas aksi penyelundupan', terjadinya korupsi besar-besaran, dan rusaknya mental aparatur negara'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopansantunan. Tindakan penyelundupan yang sangat marak telah menyentuh keselamatan kehidupan bangsa, namun, usaha pemerintah untuk menanggulanginya dirasakan belum maksimal. Pada contoh 103 eufemisme sudah berpulang dan penunjuk jalan bermakna 'sudah mati dan menjadi pedoman'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopanan dan lebih sopan dan terasa menenteramkan hati. Sekalipun Ketua Mao sudah meninggal , namun, pikiran-pikirannya akan terus menjadi pegangan bagi rakyat Cina. Eufemisme kontak dari hati ke hati pada contoh 105 bermakna 'terjalinnya hubungan persahabatan yang erat'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopansantunan. Kunjungan Perdana Menteri Kerajaan Jepang Takeo Fukuda ke Indonesia dan pertemuannya secara pribadi dengan Presiden Soeharto telah menambah eratnya persahabatan antara Indonesia dan Jepang. Kata monolitis pada contoh 115 bermakna 'satu komando'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan rasa sopan. Kehidupan satu komando yang telah terjadi sejak periode Demokrasi Pancasila harus segera diubah dan diganti dengan mekanisme kepemimpinan yang terbuka. Pada contoh 118 eufemisme dibaringkan di tempat peristirahatannya yang terakhir, jenazah, makam, dan yang merawankan hati bermakna 'dikuburkan, mayat, kubur, dan mengharukan'. Anwar Sadat, pahlawan perang dan damai telah dikuburkan di kuburannya yang diiringi oleh tangis yang mengharukan janda almarhum.
Pada contoh 124 rumah duka dan kepergian untuk selama-lamanya bermakna 'rumah di mana ada anggotanya yang meninggal dan telah meninggal dunia'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesantunan. Meninggalnya Pak Ali Murtopo mendapat tanggapan luas dari masyarakat Indonesia. Pada contoh 134 eufemisme rasa keprihatinan bermakna 'rasa sedih yang mendalam'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopansantunan. Presiden Soeharto menyampaikan belasungkawanya kepada korban insiden Dili. Eufemisme hakim yang nakal dan saya akan mengambil langkah tegas pada contoh 135 bermakna 'hakim yang biasa minta uang suap kepada kliennya' dan 'akan ditindak tegas'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopanan. Ketua Mahkamah Agung Purwoto S. Gandasubrata menjanjikan akan menindak tegas hakim-hakim yang suka minta uang suap kepada kliennya. Kata ekspor fiktif dan orang-orang yang nggak benar pada contoh 136 bermakna 'ekspor palsu dan para koruptor'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopanan. Menteri Keuangan Mar'ie Muhammad menugaskan tiga orang pejabat eselon I Departemen Keuangan untuk membantu Kejaksaan Agung mengusut masalah ekspor palsu yang dilakukan oleh para koruptor. Pada contoh 143 kata memiriskan bermakna 'mengerikan atau menciutkan hati'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopanan. Tayangan-tayangan kekerasan di televisi sudah sangat mengerikan dan menciutkan hati, seperti tidak ada lagi sensor dari badan film nasional. Eufemisme tak terkendali dan mencair pada contoh 146 bermakna 'ribut dan mereda'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopanan. Perlahan-lahan situasi menjadi ribut, namun, sempat mereda begitu pertunjukan satu jam itu berlangsung.
Makna penghalusan yang dipakai penulis berita sangat tergantung pada narasumber yang mengeluarkan pernyataan-pernyataan itu. Bila narasumbernya memahami makna kata dan biasa memilih kata-kata yang lebih halus dan sopan, maka bahasanya juga akan lebih sopan.
b. Fungsi Untuk Menghindari Kesalahpahaman
Makna penghalusan dengan fungsi menghindari kesalahpahaman terdapat pada contoh-contoh sebagai berikut: 63, 65, 71, 74, 76, 96, 101, 116, 121, 125, 127, 130, dan 138. Setiap fungsi pada setiap cuntoh akan diuraikan seperti berikut.
Pada contoh 63 kata meng-up-grade bermakna 'meningkatkan'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Untuk menangani jaksa-jaksa yang suka minta uang suap, Jaksa Agung akan mengadakan tindakan preventif seperti meningkatkan mental dan menaikkan gaji para jaksa itu. Kata spesifik, fusi traffic, mass system, floating mass, dan persuasif pada contoh 65 bermakna 'khusus, dengan berbagai cara, sistem penggalangan massa, pengapungan massa, dan meyakinkan. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang khusus yang mempergunakan teknik pengapungan massa dan teknik meyakinkan dan meyakinkan. Dengan dalih Pancasila dan UUD 1945 penguasa menciptakan istilah-istilah yang sulit dipahami oleh masyarakat. Istilah-istilah itu diciptakan dengan gaya bahasa eufemisme. Pada contoh 71 eufemisme orang-orang kaya dan untuk diambil bermakna 'para konglomerat keturunan Cina dan akan diculik'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Disinyalir ada konspirasi untuk menculik konglomerat keturunan Cina.
Kata permainan, tidak akan tinggal diam, dan kata penyakit' pada contoh 74 bermakna 'korupsi atau kecurangan, akan menindak tegas, dan tradisi Orde Lama'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Kecurangan-kecurangan yang terjadi pada zaman Orde Lama, yang masih terjadi pada masa Orde Baru ini akan ditindak tegas oleh menteri keuangan. Adanya korupsi di Bank Indonesia akan ditindak tegas oleh pemerintah. Kata suka main tangan dan preventif pada contoh 76 bermakna 'suka minta uang pelicin perkara dan pencegahan'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Jaksa Agung akan mengadakan tindakan pencegahan untuk mengatasi halm itu. Pada contoh 96 kata integrasi dan lampu hijau bermakna 'bergabung dengan negara Republik Indonesia dan pemerintah pusat telah setuju'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Bergabung dengan negara Republik Indonesia merupakan pemecahan masalah yang paling tepat untuk Timor Timur. Untuk itu, persetujuan pemerintah pusat juga telah ada.
Pada contoh 101 eufemisme agar tidak memanfaatkan secara salah tenaga kerja yang berlimpah bermakna 'bertoleransi kepada buruh'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Pengusaha jangan sewenang-wenang memanfaatkan tenaga buruh yang sangat banyak. Upah dan hak-hak buruh lainnya harus diperhatikan termasuk fungsi sosial pabrik. Pada contoh 116 istilah ideal abstrak yang kosong dan dikonfrontir bermakna 'hanya mimpi belaka dan dikontraskan'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Cita-cita akan martabat manusia harus dikontraskan dengan keadaan nyata sehari-hari. Dalam kehudipan nyata yang terjadi bukan menjaga martabat manusia, tetapi justru memperkosa martabat manusia. Pada contoh 121 eufemisme jangan mengail di air keruh bermakna 'jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Amerika Serikat memperingatkan negara-negara lain agar dapat menahan diri dengan terjadinya kemelut di Irak.
Kata tangan ketiga dan nilai tambah pada contoh 125 bermakna 'negara perantara dan keuntungannya'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Indonesia hendaknya tidak lagi menggunakan negara perantara untuk melakukan ekspor ke negara tujuan. Hal ini dimaksudkan agar keuntungan yang besar itu didapat oleh eksportir Indonsia, bukan untuk eksportir perantara. Pada contoh 130 frasa eselon kedap arahan dan tidak dapat berbuat apa-apa bermakna 'aparat yang tidak terjangkau oleh hukum dan pasrah'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Pada setiap eselon di setiap bagian dalam suatu instansi pemerintahan biasanya ada pribadi-pribadi yang dapat berbuat sewenang-wenang dan orang-orang itu tidak ditangkap oleh alat keamanan. Masyarakat terpaksa memakai jasa mereka dan terpaksa pasrah dengan perlakuannya yang sewenang-wenang. Istilah kekhilafan ganda dan komersialisasi pada contoh 138 bermakna 'dua kesalahan, yaitu kesalahan fakta dan kesalahan logika dan korupsi'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Prof. Sumitro Djojohadikusumo mengatakan bahwa dengan eufemisme yang salah akan terjadi dua kekeliruan, yaitu kesalahan fakta dan kesalahan logika. Bila korupsi disebut komersial, berarti pekerjaan korupsi dapat diperdagangkan (jadi legal). Oleh karena itu, hindari kesalahan makna dalam memakai kata korupsi, komersial, dan fiktif.
Makna penhalusan yang berfungsi menghindari kesalahpahaman sangat penting dalam berkomunikasi agar lawan bicara tidak dirugikan.
2. Fungsi Menjaga Muka (agar Tidak Kehilangan Muka)
Makna penghalusan dari gaya bahasa eufemisme yang berfungsi menjaga muka atau agar tidak kehilangan muka terdapat pada contoh- contoh berikut, 60, 69, 70, 72, 80, 97, 109, 110, 127, dan 132. Setiap fungsi pada setiap contoh akan diuraikan seperti berikut.
Pada contoh 60 kata affair dan negatif bermakna 'peristiwa dan menjelek-jelekkan'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga muka atau agar tidak kehilangan muka. Kejadian yang dianggap misterius itu disiarkan oleh pers asing yang menjelek-jelekkan perwakilan diplomatik Indonesia di Tanzania. Pada contoh 69 frase yang tidak-tidak bermakna 'komponen-komponen yang tidak terdaftar'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga muka. Para diplomat membawa komponen-komponen yang tidak disebutkan terdiri dari apa saja. Namun, ironisnya komponen yang tidak disebutkan itu harus dibawa melewati Terusan Suez, yang mengakibatkan kenaikan ongkos yang diusulkan ke DPR sangat tinggi. Kata sesuatu pada contoh 70 bermakna 'suatu hal yang tidak boleh diketahui umum'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga muka. Jaksa Agung Ali Said pernah melaporkan suatu hal yang tidak boleh diketahui oleh masyarakat yang berhubungan dengan pemanfaatan barang bukti penyelundupan.
Kata informan dan telah bergeser kepada soal mencari keuntungan pribadi masing-masing pada contoh 72 bermakna 'petugas keamanan yang tidak resmi dan tidak lagi menjaga keamanan'. Eufemisme ini bertujuan untuk tidak kehilangan muka. Kata informan di sini tidak berarti nara sumber untuk penelitian, tetapi penjaga keamanan ilegal yang bekerja secara ilegal, namun sangat ditakuti oleh pemakai jasanya. Para penjaga keamanan ilegal itu tidak lagi menjaga keamanan, tetapi telah berpindah mencari keuntungan pribadi. Mereka terdiri atas personil ABRI dan sipil yang menjaga keamanan keluar masuk barang di pelabuhan Tanjung Priok agar tidak diperiksa oleh bea dan cukai. Eufemisme rakyat kecil yang lemah ekonomi dan pengetahuan dan perasaan damai pada contoh 80 bermakna 'rakyat kecil yang miskin dan bodoh dan himbauan persuasif'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga agar tidak kehilangan muka. Pemerintah sangat pintar dalam mengapungkan massa. Perasaan damai di kalangan rakyat miskin sebagai himbauan yang meyakinkan harus terus dibina. Pada contoh 97 nasib Indonesia tidak begitu baik bermakna 'kesebelasan Indonesia kalah'. Eufemisme yang sangat bagus untuk menjaga muka dari suatu kekalahan. Hasilnya tim Indonesia tidak jadi berangkat ke Montreal. Frasa kurang sempurna mekanismenya atau karena ulah manusia-manusianya pada contoh 109 bermakna 'karena birokrasi atau karena dikorupsi'. Eufemisme ini berfungsi agar tidak kehilangan muka. Menteri Penertiban Aparatur Negara belum dapat mengatakan kemacetan dana pengganti SPP itu karena kelalaian birokrasi atau karena dikorupsi. Pada contoh 110 kata mengkonstantir, yang kurang patut, yang sangat mendesak, dan kehilangan pegangan bermakna 'memberi pernyataan tentang suatu gejala, yang tidak pantas, yang harus diselesaikan sesegera mungkin, dan tidak percaya lagi'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga muka. Lembaga peradilan kita yang tidak lagi membela kebenaran ditunjukkan oleh perlakuan hakim-hakim yang kurang pantas dalam menjalankan tugas. Hukum tidak lagi berlaku seperti apa yang diharapkan dan masalah ini merupakan masalah yang harus segera dibenahi agar masyarakat tidak kehilangan kepercayaan terhadap hukum.
Pada contoh 127 frase proporsi yang sangat mengkhawatirkan bermakna 'betul-betul sudah merajalela'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga muka. PDI memantau dan mengamati keresahan masyarakat karena korupsi dewasa ini sudah sangat merajalela. Tempat-tempat pengeluaran izin apapun adalah tempat yang sangat empuk untuk korupsi. Korupsi marak di mana-mana karena undang-undang dan hukum tidak berlaku lagi, malah vonis dan hukum penjara dapata ditawar. Pada contoh 132 eufemisme melemahnya harga minyak nasional bermakna 'harga minyak nasional turun'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga muka atau agar tidak kehilangan muka. Untuk masalah ini pemerintah juga mencari kambing hitamnya, yaitu harga minyak nasional turun karena turunnya harga minyak Dubai dan Oman.
Eufemisme tindakan oknum prajurit tidak sesuai prosedur pada contoh 139 bermakna 'tentara menembak penduduk setempat, sehingga tewas'. Eufemisme ini brfungsi untuk menjaga muka. Kolonel (Inf.) Muchdi Purwo Pranjono meminta maaf atas tertembaknya seorang penduduk oleh oknum prajurit di tengah kerusuhan waktu bencana gempa bumi di Kerinci. Hal itu tidak disengaja, hanya kesalahan prosedur. Pada contoh 142 eufemisme kondisi korban justru kurang baik (korban sedang sakit) dan maka terjadilah hal yang tidak diinginkan (korban tewas) bermakna 'korban sakit dan korban tewas'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga muka atau agar tidak kehilangan muka. Lettu Daniel yang memukul korban mengatakan kondisi korban waktu itu sedang sakit karena itulah diatewas. Pada contoh 144 eufemisme tak diketahui rimbanya, penilep, dan kabur bermakna 'tidak diketahui tempatnya, maling, dan lari'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga agar tidak kehilangan muka dalam berkomunikasi. Eddy Tansil, pencuri uang Bapindo yang tergolong megaskandal dapat lari dari penjara dan tidak diketahui keberadaannya.
3. Fungsi dari Makna Kebohongan
Makna kebohongan dari sebuah eufemisme terjadi dengan bermacam-macam tujuan. Dalam data yang ditampilkan terdapat berbagai makna kebohongan sesuai dengan tujuan pembicara (nara sumber). Dalam berita utama yang menjadi data penelitian ini terdapat empat macam fungsi kebohongan dalam menciptakan dan pemakaian eufemisme, yaitu (1) fungsi pengendalian, (2) fungsi kecurigaan, (3) fungsi penipuan, dan (4) fungsi kekerasan. Fungsi-fungsi ini akan diuraikan seperti berikut.
a. Fungsi Pengendalian
Gaya bahasa eufemisme dengan makna kebohongan yang berfungsi pengendalian terdapat pada contoh-contoh berikut; 66, 68, 75, 82, 87, 88, 91, 99, 106, 111, 112, 113, 137, dan 148. Setiap fungsi pada setiap contoh akan diuraikan seperti berikut.
Pada contoh 66 kata urgensinya bermakna 'sangat penting'. Eufemisme ini berfungsi untuk pengendalian. Presiden Jenderal Soeharto menekankan betapa pentingnya pewarisan nilai-nilai '45 kepada generasi muda. Bila nilai-nilai luhur itu tidak diwariskan, maka nilai-nilai itu akan terlepas selamanya. Kata by design dan by incident, dan entrepreneur pada contoh 68 bermakna 'telah diatur, terjadi dengan sendirinya, dan berjiwa pengusaha'. Eufemisme ini berfungsi untuk mengendalikan masyarakat pengusaha. Kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi pada grup-grup tertentu bukan terjadi dengan sendirinya, namun, telah didesain lebih dulu. Akibatnya, pengusaha yang benar-benar (berjiwa pengusaha) tidak dapat berkembang karena tidak diberi kesempatan. Pada contoh 75 eufemisme akan diambil tindakan-tindakan preventif maupun represif, dan telah mengirimkan instruksinya bermakna 'tindakan apa saja akan dilakukan untuk mengamankan gejolak rakyat dan telah memerintahkan'. Eufemisme ini berfungsi untuk mengendalikan gejolak dalam masyarakat sehubungan dengan meninggalnya mantan Presiden Sukarno. Departemen Dalam Negeri telah memerintahkan (merupakan suatu pengendalian) para Gubernur Kepala Daerah untuk mengumpulkan semua pendapat di kalangan rakyat Indonesia sehubungan dengan meninggalnya mantan Presiden Ir. Soekano. Kata abdi masyarakat pada contoh 82 bermakna 'pelayan masyarakat'. Eufemisme ini berfungsi untuk mengendalikan pegawai negeri sipil. Memasukkan pegawai negeri sipil sebagai pelayan masyarakat ke dalam rencana undang-undang merupakan suatu pengendalian yang dirancang oleh pemerintah. Pada contoh 87 kata cakrawala baru bermakna 'ide-ide baru atau pemikiran-pemikiran baru'. Eufemisme ini berfungsi untuk mengendalikan sektor pariwisata. Pemikiran-pemikiran baru dalam usaha promosi pariwisata sungguh sangat bagus. Namun, dalam kenyataannya pemikiran baru yang bakal diterima adalah pemikiran baru yang telah disetujui pemerintah.
Kata silaturrahmi yang diucapkan oleh Menteri Luar Negeri pada contoh 88 bedrmakna 'kampanye'. Eufemisme ini berfungsi untuk mengendalikan masyarakat dengan kampanye Golongan Karya. Dalam silaturrahmi itu terdapat makna kebohongan dan makna pengendalian masyarakat oleh pemerintah melalui Golkar. Pada contoh 91 kata langkah-langkah, keadaan yang ditimbulkan, dan kata kesulitan bermakna 'upaya yang ditempuh untuk mengatasi, dampak yang muncul, dan kerugian yang dialami Pertamina'. Eufemisme ini berfungsi pengendalian. Pemerintah telah mengambil upaya-upaya yang diperlukan untuk mengatasi dampak kerugian Pertamina. Tahun prihatin untuk bidang keuangan negara pada contoh 99 bermakna 'semua instansi harus berhemat dalam membelanjakan dana pemerintah'. Eufemisme ini menunjukkan fungsi pengendalian yang telah diatur oleh kepala negara agar setiap instansi menyesuaikan rencana kerja masing-masing dengan situasi dan kondisi negara. Pada contoh 106 pernyataan kebebasan mimbar dalam kampus tetap dijamin, asal tetap dalam batas-batas kewajaran dan bertanggung jawab bermakna 'pemerintah mengendalikan kegiatan kehidupan kampus'. Eufemisme ini berfungsi untuk mengendalikan kegiatan mahasiswa di kampus. Bila menurut pemerintah kegiatan yang akan dilakukan itu berbau subversif, ya, kegiatan itu tidak boleh dilakukan. Untuk jenis kegiatan penanaman modal, pemerintah mengambil kebijaksanaan one stop service dan menangani seperti pada contoh 111 bermakna 'pelayanan satu pintu dan mengelola'. . Sistem satu pintu diberlakukan agar pengelolaan keuangan negara melalui penanaman modal asing dapat dikendalikan.
Pada contoh 112 eufemisme pola hidup sederhana dan gaya hidup yang tidak sesuai dengan lingkungan bermakna 'hiduplah dengan sederhana dan hemat dan gaya hidup yang berfoya-foya'. Eufemisme ini berfungsi pengendalian terhadap rakyat. Rakyat Indonesia harus hidup dalam kesederhanaan, berusaha menghemat dalam hidup, jangan berfoya-foya agar tidak terjadi penyelewengan-penyelewengan. Frasa lebih baik bersedia payung sebelum hujan pada contoh 113 bermakna 'dalam keadaan apapun harus siap siaga'. KSAD Letjen Widodo mengajak masyarakat untuk memupuk saling pengertian dan siap siaga terhadap kejadian-kejadian yang tidak terduga. Fungsi pengendalian sangat jelas dalam berita ini, yaitu pedoman saling pengertian itu adalah Pancasila. Pada contoh 137 kata potensial dan tidak mampu bermakna 'pintar dan miskin'. Eufemisme ini merupakan pengendalian presiden terhadap pengusaha-pengusaha. Mereka diminta untuk mendirikan yayasan bea siswa untuk mahasiswa-mahasiswa berprestasi atau pintar, namun, miskin. Pada contoh 148 istilah perlu terus disegarkan dan tut wuri handayani bermakna 'perlu ditingkatkan dan mengarahkan dari belakang'. Presiden Soeharto mengatakan bahwa ABRI berada pada posisi tut wuri handayani dalam masyarakat. Jadi, ABRI berusaha mendorong masyarakat dari belakang untuk maju. ABRI merupakan kekuatan sosial politik yang perlu disegarkan, disesuaikan dengan perkembangan dan tingkat kemajuan bangsa.
b. Fungsi Kecurigaan
Gaya bahasa eufemisme yang bermakna kebohongan dan berfungsi mencurigai terlihat pada contoh 86, 93, 99, 108, 117, 140, dan 145. Setiap fungsi pada setiap contoh akan diuraikan seperti berikut.
Pada contoh 86 kalimat demonstrasi-demonstrasi belum dibenarkan oleh peraturan yang berlaku bermakna 'demonstrasi mahasiswa atau siapa saja dilarang'. Eufemisme ini menampakkan suatu kecurigaan pemerintah dengan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa. Pada contoh 93 kata menjernihkan, tabir asap yang menyelimuti, dan menggairahkan pembangunan bermakna 'menyelesaikan masalah yang terjadi, penyebabnya, dan mendorong agar pembangunan lancar'. Dengan terjadinya peristiwa "Malari", kecurigaan pemerintah bukan hanya kepada satu universitas (Universitas Indonesia) saja, tetapi kepada seluruh universitas di Indonesia. Beberapa orang mahasiswa ditahan karena dicurigai melakukan subversi. Pada contoh 99 tugas pemerintah memang memonitor keresahan-keresahan tersebut bermakna 'pemerintah akan mengawasi dan menangani hal-hal yang negatif yang terjadi dalam masyarakat' seperti yang dilaporkan oleh kepala Bakin. Dari kata 'memonitor' dan 'hal-hal negatif' nampak jelas kecurigaan pemerintah kepada masyarakat seolah-olah masyarakat telah melakukan sesuatu yang patut dicurigai dan harus ditangani.
Pada contoh 108 kata menganulir, siasat politik, dan memang ada yang manis dan ada yang nakal bermakna 'menganggap tidak sah, usaha-usaha yang dilakukan lawan politiknya, ada yang berbakti dan ada yang membangkang'. Presiden Soeharto menganggap hasil Pemilu 1977 adalah sah. Namun, beliau mencurigai ada orang-orang yang menganggap tidak sah dan itikat baik orang-orang itu harus dipertanyakan. Protes yang bermunculan adalah usaha lawan politiknya karena memang ada yang berbakti dan ada yang membangkang. Pada contoh 117 diamankan dan hasutan bermakna 'dijauhkan, kejahatan dan kekerasan'. Para pelajar harus dijauhkan dari kejahatan dan kekerasan agar tidak terjadi tawuran. Kecurigaan pemerintah terhadap masyarakat, siapapun dia, juga muncul dari masalah tawuran pelajar. Pada contoh 140 presiden mengingatkan agar jangan ada kelengahan lagi dan akan tergulung bermakna 'kecurigaan presiden terhadap beberapa orang dan mereka akan tersingkir'. Eufemisme ini menunjukkan bahwa presiden mengingatkan agar tetap waspada dalam situasi apapun. Pada contoh 145 kata kolusi, kesalahan prosedur, dibebastugaskan, dan indisipliner bermakna 'kerja sama negatif antarpejabat, korupsi, dipecat, dan tidak disiplin'. Nada kecurigaan pemerintah juga terpancar dari masalah Adi Andoyo Sucipto, namun, setelah diperiksa oleh Kowarsus ternyata tuduhan itu tidak terbukti. Adi Andoyo tetap dipecat dengan tuduhan tidak disiplin.
Dalam perjalanan pemerintahannya, Orde Baru menaruh rasa curiga yang sangat pada siapa saja, di bidang apa saja, dan kapan saja. Gaya bahasa eufemisme dipergunakan agar masyarakat tidak begitu merasakan kecurigaan-kecurigaan itu dan pemerintah dapat terus menteror masyarakat secara psikologis. Keadaan masyarakat yang masif ini dimanfaatkan pemerintah untuk memperkuat kekuasaannya dalam segala bidang termasuk menciptakan sebuah dinasti.
c. Fungsi Penipuan
Gaya bahasa eufemisme yang dipakai surat kabar dalam berita utamanya ada yang bermakna kebohongan. Eufemisme yang bermakna kebohongan ini berfungsi sebagai alat penipuan, yang terdapat pada contoh-contoh berikut, 77, 78, 83, 84, 89, 95, 100, 104, 107, 114, 119, 120, 122, 126, 128, 129, 131, 133, dan 141. Setiap makna dan fungsi pada setiap contoh akan diuraikan sebagai berikut.
Pada contoh 77 pemakaian istilah asing take off bermakna 'sanggup'. Eufemisme ini sungguh bagus untuk dijadikan alat untuk menipu masyarakat Indonesia. Nyatanya pada saat Pelita kedua tiba, dana pendidikan yang dianggarkan pada RAPBN juga pada angka yang sangat menyedihkan. Alhasil, pembaharuan pendidikan pada Pelita kedua juga belum menjadi wujud nyata. Pada contoh 78 eufemisme bukan hak-hak istimewa yang melekat pada ABRI, melainkan tanggung jawab yang lebih berat dan tugas yang lebih luas yang dipikul di atas pundaknya bermakna 'ABRI tidak mendapat hak istimewa walaupun tugasnya sangat berat'. Eufemisme ini merupakan penipuan terang-terangan pemerintah kepada masyarakat Indonesia. ABRI bertugas tidak hanya di instansi militer, tetapi di segala bidang, anggaran untuk mereka tidak pernah diumumkan, bila pemilihan pejabat, yang menang selalu orang-orang dari kalangan ABRI. Eufemisme di sini dipergunakan oleh Presiden Soeharto untuk mengacaukan nalar masyarakat agar mereka tidak merasa tertipu. Pada contoh 83 penipuan pemerintah terhadap masyarakat Indonesia terus berlanjut. Eufemisme membuat pagar-pagar dan kenaikan harga barang-barang tetap dalam batas-batas yang mampu dikendalikan pemerintah bermakna 'tindakan yang dirancang agar pembangunan tetap berjalan seperti biasanya dan tetap wajar'. Eufemisme ini merupakan gaya bahasa persuasif untuk meredam gejolak masyarakat. Harga barang-barang di tengah masyarakat sudah sangat mahal, namun, pemerintah tetap mengapungkan massa seolah-olah pemerintah sudah sangat maksimal bekerja dan tidak merugikan masyarakat.
Pada contoh 84 eufemisme mereka meninggal karena penyakit malaria, bukan oleh sebab-sebab lain bermakna 'mereka meninggal bukan karena kelaparan seperti yang diberitakan'. Eufemisme ini adalah kebohongan pemerintah yang sangat dimengerti oleh masyarakat. Semua masyarakat tahu bahwa transmigran-transmigran di Bengkulu Selatan itu meninggal karena kurang makan atau kelaparan. Pemerintah masih tetap berupaya menipu masyarakat dengan menciptakan kebohongan melalui pemakaian gaya bahasa eufemisme. Pada contoh 89 eufemisme bantuan bermakna 'hutang'. Pemerintah Indonesia berhutang kepada negara-negara yang tergabung dalam organisasi IGGI. Pada contoh 95 eufemisme kita tidak perlu berkecil hati dengan kenaikan RAPBN tahun 1976 – 1977 tidak sebesar tahun 1975 – 1976 bermakna 'betapa optimisnya pemerintah'. Pemerintah sangat optimis dalam menghadapi tahun ini walaupun kenaikan RAPBN tahun ini lebih kecil dari tahun kemarin. Hal ini disebabkan berbagai sasaran yang tercantum dalam Repelita II diperkirakan masih tetap dapat tercapai, bahkan beberapa sasaran Repelita itu kinipun telah ada yang dapat dicapai. Sungguh penipuan yang sangat sempurna, belum ada dana, belum ada kerja, tujuan sudah tercapai.
Pada contoh 100 eufemisme perudingan tidak macet, hanya belum selesai bermakna 'perundingan itu telah gagal'. Eufemisme ini berfungsi untuk menutupi suatu kebohongan dalam rangka menipu masyarakat Indonesia. Perundingan itu sudah gagal dan orang-orang luar negeri itu meninggalkan Indonesia tanpa meninggalkan suatu hasil yang konkret. Eufemisme pada contoh 104 hanya ada hambatan-hambatan psikologis bermakna 'tidak peduli, tidak punya hati, tidak peka'. Eufemisme ini berfungsi untuk menipu rakyat dengan mengatakan anggota legislatif itu sudah peka. Pada hal hambatan-hambatan psikologis itulah yang dikatakan tidak peka, tidak berperasaan, dan tidak punya hati. Pada contoh 107 eufemisme hanya tidak mencapai target yang ditetapkan setiap tahun bermakna 'produksi beras menurun'. Eufemisme ini berfungsi untuk mengelabui rakyat dan meredam gejolak. Produksi pangan tahun 1976 itu menurun, walaupun pemerintah tetap mengatakan tidak berpengaruh banyak dan juga bukan penurunan yang absolut.
Eufemisme berkat swadaya masyarakat pada contoh 114 bermakna 'kebohongan aparat bawahan dalam memberikan laporan atau laporan palsu'. Eufemisme itu merupakan jawaban yang jitu dari aparatur bawahan yang memberikan laporan palsu kepada atasannya. Prinsip bawahan membuat laporan adalah ABS 'Asal Bapak Senang'. Hal ini nampaknya disukai oleh pejabat atasan. Pada contoh 119 eufemisme meningkatkan pemerataan hasil pembangunan di segala bidang bermakna 'Presiden Soeharto mengiming-imingi rakyat dengan pemerataan hasil pembangunan'. Eufemisme ini berfungsi untuk menipu rakyat dengan teknik mengapungkan massa (floating mass). Dengan demikian, masyarakat merasa bahwa pembangunan itu suatu hari kelak akan sampai ke daerahnya seperti pembangunan yang ada di kota-kota lain. Pada contoh 120 eufemisme dirumahkan dan diseret ke meja hijau bermakna 'dipecat dan harus diadili'. Para hakim yang terlibat skandal pungli harus dipecat dan diadili agar hukum dapat ditegakkan. Eufemisme ini berfungsi untuk menipu rakyat dan hakim yang bermasalah itu tidak mempunyai beban mental atau beban moral karena hanya disuruh tinggal di rumah saja. Dan bila ada kesempatan untuk aktif kembali dapat diaktifkan lagi seperti hakim HG, S.H. yang telah pernah dipecat dan diaktifkan kembali.
Eufemisme yang dipergunakan oleh pejabat Orde Baru sungguh sangat menyakitkan hati. Pada contoh 22 kata komersialisasi dan tawar-menawar bermakna 'perdagangan dan jual beli'. Menteri Dalam Negeri mengatakan tidak ada perdagangan dalam urusan gubernur dan bupati, yang ada biasanya ialah tawar-menawar (jual-beli). Eufemisme yang sangat membingungkan dan masyarakat tertipu olehnya. Eufemisme pengganggu keamanan pada contoh 126 bermakna 'informan' (seperti pada contoh 72), yaitu anggota ABRI dan sipil yang dipekerjakan untuk melindungi barang-barang pengusaha dari pemeriksaan bea dan cukai agar tidak terkena pajak. Masalah pengganggu keamanan ini telah diketahui oleh semua orang termasuk oleh Menteri Perdagangan Radius Prawiro. Eufemisme pada contoh 128 Presiden Soeharto mempunyai garis politik yang berbeda dengan calon wakil presiden dari FPP itu bermakna 'calon wakil presiden dari FPP PPP itu ditolak'. Eufemisme ini berfungsi untuk menipu rakyat. Calon wakil presiden dari FPP PPP itu ditolak oleh Presiden Soeharto hanya karena tidak sepaham dan tidak sealiran dengan beliau. Penipuan Orde Baru terhadap masyarakat terus berlangsung. Eufemisme pada contoh 129 pada suatu saat pasti tangan kita akan berada di atas, masih terbatas, dan bantuan uluran tangan bermakna 'suatu hari kita akan kaya', masih miskin, dan berhutang'. Eufemisme ini berfungsi untuk menipu rakyat dengan mengapungkan massa bahwa suatu hari kita pasti akan kaya, namun sekarang, karena kita masih miskin, kita berhutang dulu. Eufemisme yang sangat menyesatkan.
Pada eufemisme selanjutnya Presiden Soeharto membuka diri dengan meniupkan angin segar pada contoh 131 bermakna 'berita yang sangat menyenangkan dan mengagetkan'. Berita yang sangat ditunggu-tunggu selama masa kepemimpinan Orde Baru dan dalam iklim kehidupan politik Demokrasi Pancasila. Presiden Soeharto mulai terbuka membicarakan calon presiden asal memenuhi kriteria yang ditetapkan. Eufemisme ini merupakan modus baru menyamarkan suatu penipuan kepada masyarakat. Pada contoh 133 eufemisme bisnis fasilitas dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan bermakna 'kolusi dan nepotisme dan korupsi'. Kesempatan berbisnis hanya diberikan kepada pejabat atau orang-orang yang dekat atau berhubungan dengan pejabat. Praktek kolusi dan nepotisme yang membuka pintu korupsi lebar-lebar. Suatu kebohongan untuk menipu rakyat. Pada contoh 141 eufemisme kriteria dan modus baru bermakna 'syarat-syarat dan cara baru'. Eufemisme ini berfungsi untuk menipu rakyat dengan cara baru yang dilakukan Golkar pengganti kebulatan tekad dan doa politik.
d. Fungsi Kekerasan
Gaya bahasa eufemisme yang bermakna kebohongan dan berfungsi kekerasan terdapat dalam contoh-contoh berikut, 61, 90, 92, 101, 102, dan 123. Setiap fungsi pada setiap contoh akan diuraikan seperti berikut.
Pada contoh 61 eufemisme business militer bermakna 'usaha sampingan anggota ABRI dan sipil yang tidak legal'. Eufemisme ini melambangkan kekerasan. Bisnis militer adalah bisnis yang melibatkan tentara untuk pengamanannya, baik pengamanan dari pencurian maupun pengamanan dari birokrasi agar tidak dikenai pajak dan tidak ditangkap. Pada contoh 90 eufemisme dilarang untuk diberi nomor polisi bermakna 'tidak boleh dijalankan'. Dalam eufemisme ini jelas sekali terlihat fungsi kekerasan. Semua kendaraan bermotor yang tidak diberi nomor polisi tentu tidak boleh dijalankan. Pada contoh 92 eufemisme blokade-blokade tanah rakyat dan jauh di bawah harga yang dikehendaki bermakna 'usaha paksa pengambilan tanah rakyat dan dengan harga yang murah'. Eufemisme ini berfungsi untuk mengancam dan mengintimidasi rakyat dan rakyat terpaksa menjual tanah mereka dengan harga yang sangat murah.
Pada contoh 102 eufemisme memanage demokrasi secara wajar dan maju, dan generasi tua akan tetap bermakna 'mengelola negara dengan baik dan berkualitas, dan generasi tua (Presiden Soeharto) tidak mau tersingkir'. Eufemisme ini berfungsi untuk menekan generasi muda yang potensial. Dengan dalih, generasi muda tidak mau mendidik diri, maka generasi tua (Soeharto) akan tetap berkuasa. Pada contoh 123 kata dimerahputihkan, onderbouw, dan koreksi total bermakna 'dinasionalisasikan, pengaruh, dan upaya pembersihan'. Dengan eufemisme ini fungsi kekerasan itu semakin jelas. Orde Baru telah bertekad mengadakan pembersihan terhadap penyelewengan-penyelewengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dan segala kekeliruan-kekeliruan yang berakibat fatal versi Orde Baru.
Gaya bahasa eufemisme yang bermakna kebohongan baik dengan fungsi pengendalian, kecurigaan, penipuan, dan kekerasan memunculkan gaya bahasa yang bergaya topeng. Bahasa yang bergaya topeng sangat berbeda dengan gaya bahasa eufemsime yang dikenal masyarakat selama ini. Penguasa bersembunyi di balik kata-kata yang diciptakannya sendiri seolah-olah mereka sudah berbuat banyak untuk kemaslahatan rakyat. Hasilnya, masyarakat juga merasa terperhatikan, namun, semu atau masyarakat mengapung (floating mass). Tujuan mereka membuat kata-kata yang seolah-olah eufemisme itu adalah untuk melanggengkan kekuasaannya.
Begitu banyak kata eufemisme (penghalusan) yang diciptakan oleh Rezim Orde Baru. Dari eufemisme itu muncul makna-makna yang selama ini tidak dapat dieufemismekan, yang berfungsi untuk menipu atau mengapungkan massa (floating mass), sehingga nalar masyarakat tidak berfungsi lagi. Masyarakat tidak boleh berpikir untuk maju karena dianggap mengadakan subversif, tidak boleh membantah walaupun dalam kenyataannya salah. Masyarakat tidak boleh berpikir kritis karena telah diatur oleh undang-undang, dan masyarakat harus mengikuti petunjuk Bapak Presiden.
Biodata penulis
Dr. Irfani Basri, M.Pd. lahir di Payakumbuh (Sumatera Barat), 10 Oktober 1955. Anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Basri Zainun (almarhum) dan Martiana (almarhumah). Pendidikan formal: menamatkan pendidikan SD (1968) di Payakumbuh, PGAN 6 Tahun (1974) di Payakumbuh. Menyelesaikan Sarjana Pendidikan jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di FKSS IKIP Padang (1980). Meraih gelar Magister Pendidikan jurusan Pendidikan Bahasa di Universitas Negeri Padang (UNP) (2002). Tahun 2004 melanjutkan pendidikan ke Program Pascasarjana (S3) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Program Studi Pendidikan Bahasa.
Sejak tahun 1981 sampai dengan sekarang sebagai dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Padang (sebelumnya IKIP Padang). Melakukan berbagai penelitian di bidang kebahasaan dan aktif dalam berbagai organisasi linguistik.
Menikah dengan Drs. Sukhyar Rajanin, M.Si. dan dikaruniai tiga orang putri: Dini Meuthia, S.Si., M.Si., Nadya Arafuri, S.Ked. (mahasiswi Universitas Gadjah Mada), dan Shelvy Arini (mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
[1] Tampubolon, op.cit., h.8.
Daftar Literatut
Akhadiah, Sabarti; Arsyad, G.Maidar; dan Ridwan, Sakura H. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa indonesia. Jakarta: Erlangga. 1999.
Allan, Keith dan Burridge, Kate. Euphemism and Dysphemism. New York: University Press. 1991.
Anam, Syamsul. "Sopan Santun Berbahasa atau Sekedar Berbasa-basi?" Jakarta: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol. 1 No. 2. 2001.
Assegaf, Dja'far Husin. Jurnalistik Masa Kini, Pengantar ke Praktek Kewartawanan. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983.
Austin, J.L. How To Do Thing With Word. New York: Oxford University Press. 1962.
Ayto, John. Dictionary of Euphemisms. Bloomsbury: Bloomsbury PublishingPlc. 2000.
Black, Max. Language and Philosophy. New York: Cornell University Press. 1949.
Bloomfield, Leonard. Language. (diterjemahkan oleh I. Sutikno). Jakarta: Pustaka Utama. 1995.
Bogdan, Robert C. dan Biklen, Sari Knopp. Riset Kualitatif untukPendidikan: Pengantar dan Metode (penerjemah Munandir). Jakarta:Pusat Antar-Universitas. 1990.
Bowers, Jeffrey S. dan Christopher W. Pleydell-Pearce. "Verbal Conditioning,Euphemisms, and Linguistics Relativity". England: Departement of Experimental Psychology University of Bristol.2005.J.bowers@bris.ac.uk dan C.Pleydell-Pearce@bris.ac.uk
Brown, Penelope dan Levinson, Stephen C. Politeness: Some Universals in Language Usage. Cambrdge: Cambridge University Press. 1987.
Brown, Gilian dan Yule, George. Analisis Wacana. (diterjemahkan oleh I. Soetikno). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1996.
Cooper, Marilyn M. "Context as Vehicle, Implicatures in Writing" dalam Martin Nystrand. What Writers Know The Language, Process and Structures of Written Discourse. New York: Academic Press. 1982.
Coulmas, Florian. Sociolinguistics The Study of Speakers' Choices. Cambridge: Cambridge University Press. 2005.
Cruse, D. Alan. Meaning in Language An Introduction to Semantics and Pragmatics.Oxford: Oxford University Press. 2000.
Dijk, Teun Van. Text an Context Exploration in The Semantics and Pragmatics of Discourse. London: Longman Group Ltd. 1977.
Eriyanto. Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: Penerbit LkiS. 2003.
Fairclough, Norman. A Critical Discourse Analisis. New York: Longman Group Ltd. 1995.
Fisher, B. Aubrey. Teori-teori Komunikasi. (penerjemah Soejono Trimo). Bandung: Remadja Karya. 1936.
Grice, H.Paul. "Logic and Conversation" dalam Syntax and Semantics. Vol.3 "Speech Acts". New York: Academic Press. 1975.
Halliday, MAK. Language as Social Semiotic: The Social Interpretation of Language and Meaning. London: Edward Arnold. 1978.
Hikam, Muhammad AS. "Bahasa dan Politik: Penghampiran Discursive Practice" dalam Latif, Yudi dan Ibrahim, I.S.(ed). Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde Baru. Bandung: Mizan Pustaka. 1996.
Holmes, Janet. An Introduction to Sociolinguistics. London and New York: Longman 1992.
Http://id. wikipedia. org/ wiki/ eufemisme.
Http://jcomm.uoregon.edu/~tbivins/J496/readings/LANGUAGE/euphemism defandlist.pdf. 2008, hlm. 2--4.
Hurford, James, R. dan Heasley, Brendan. Semantics: A Coursebook. London: Cambridge University Press. 1983.
Jabrohim (ed). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya. 2003.
Jaszczolt, K.M. Semantics and Pragmatics. London: Pearson Education. 2002.
Jespersen, Otto. Language. London: George Allen & Unwin Ltd. 1959.
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. 1991.
Kridalaksana, Harimurti. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende Flores: Nusa Indah. 1982.
-----. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. 1983.
Krippendorff, Klaus. Content Analysis, An Introduction to Its Methodology. London: Sage Publication. 1980.
Leech, Geoffrey. Principles of Pragmatics. New York: Longman. 1983.
-----. Semantik. (diterjemahkan oleh Paina Partana). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003.
Lefcowitz, Allan B. The Writer Handbook. New Jersey: Printice-Hall. 1976.
Levinson, Stephen C. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press. 1983.
Lyons, John. Pengantar Teori Linguistik. (terjemahan oleh I. Soetikno). Jakarta: Gramedia. 1995.
-----. Linguistics Semantics An Introduction. Melbourne Australia: Cambridge University Press. 1996.
Mayring, Phillip. "Qualitative Content Analysis", Forum Qualitative
Research. 2003. (http:// www. Qualitative-research. Net/tqs- texte/2-00mayring-e-htm).
Miles, Mathew B. dan Huberman, A. Michael. Analisis Data Kualitatif. (penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: Universitas Indonesia. 1992.
Mills, Sara. Discourse. London: Routledge. 1997.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. 1990.
Moeliono, Anton M. dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1988.
-----. (Penyelia) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1989.
Mustansyir, Rizal. Filsafat Analitik: Sejarah, Perkembangan, dan Peranan Para Tokohnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2001.
Ogden, C.K. dan Richard, I.A. The Meaning of Meaning. New York: Harcourt Brace Jovanovich Publishers. 1989.
Pateda, Mansur. Semantik Leksikal. Ende Flores: Nusa Indah. 2000.
Palmer, F.R. Semantics. London: Cambridge University Press. 1976.
Quail, Dennis Mc. Teori Komunikasi Massa, Pengantar. (diterjemahkan oleh Agus Dharma dan Aminuddin Ram). Jakarta: Erlangga. 1987.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004.
Stede, Manfred. Lexical Choice in Language Generation. Toronto: University of Toronto.2005. Toronto M5S 1A4, Canada. mstede@cs.toronto.edu
Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik. Bandung: Nuansa. 2004.
Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2005.
Sumarlam. Analisis Wacana Teori dan Praktik. Surakarta: Pustaka Cakra. 2003.
Tagliamonte, Sali A. AnalysingSociolinguistics Variation. Cambridge: Cambridge University Press. 2006.
Tampubolon, Daulat P. "Gejala-gejala Kematian Bahasa, Suatu Observasi Ragam Politik Orde Baru" dalam Pellba 12. Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Atma Jaya. 1999.
Thomas, Jenny. Meaning in Interaction, Introduction to Pragmatics. New York: Longman Group Ltd. 1995.
Tri. "Kembalikan Bahasa ke Fungsi Semula". Jakarta: Kompas 6 Oktober 1999.
Ullman, Stephen. Pengantar Semantik. (penerjemah Sumarsono). Yogyakarta: Puataka Pelajar. 2007.
Verhaar, J.M.W. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2004.
Vito, Joseph A. De. Komunikasi Antarmanusia. (alih bahasa Agus Maulana). Jakarta: Professional Books. 1997.
Wardaugh, Ronald. An Introduction to Sociolinguistics. Oxford: Basil Black Well. 1986.
Wiersma, William. Research Methods in Education: An Introduction. Boston: Allyn and Bacon. 1991.
Yule, George. Pragmatik. (terjemahan) Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006.
Contoh 99 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari perkiraan situasi 1976 yang tidak diumumkan adalah sebagian dari tugas pemerintah adalah terus mengawasi keresahan-keresahan yang terjadi dalam masyarakat dan contoh 100 (ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari perundingan itu telah gagal.
Contoh 101. Judul: Jangan Manfaatkan Secara Salah Tenaga Kerja
yang Berlimpah
Presiden Soeharto memperingatkan agar tidak memanfaatkan
secara salah tenaga kerja yang berlimpah dewasa ini. (Kompas, 9 Agustus 1976)Contoh 102. Judul: Pewarisan Harus Didesak pada
Kualitas Kepemimpinan
"Kalau kualitas generasi muda memang mampu memanage
demokrasi secara wajar dan maju, maka sudah dengan sendirinya!
ujar menteri, jika generasi muda tidak mau mendidik diri, maka
generasi tua akan tetap". (Kompas, 16 Agustus 1976)
Contoh 103. Judul: Pembersihan Berlangsung Terus di RRC
Sekalipun Ketua Mao sudah berpulang, pikiran-pikirannya akan
terus menjadi penunjuk jalan, kata Hua Kuo Feng.
(Kompas, 28 September 1976)
Contoh 104. Judul: Harus Dilihat Kaitannya dengan Induk Organisasi
Masing-masing
Para anggota legislatif sudah peka, hanya ada hambatan-
hambatan psikologis. (Kompas, 2 November 1976)
Contoh 105. Judul: Kembangkan Hubungan Hati ke Hati Rakyat
Indonesia –Jepang
Kemungkinan Perdana Menteri Kerajaan Jepang Takeo Fukuda ke
Indonesia, serta pertemuannya secara pribadi dengan Presiden
Soeharto telah menghasilkan kontak dari hati ke hati.
(Kompas, 15 Agustus 1977)
Contoh 106. Judul: Kegiatan Mahasiswa Masih Dalam Batas
Kewajaran
Menteri menambahkan, isu itu semua dipakai secara politis dan
kini para rektor diminta menjelaskan kepada mahasiswa.
Kebebasan mimbar dalam kampus tetap dijamin, asal tetap dalam
batas-batas kewajaran dan bertanggung jawab.
(Kompas, 25 November 1977)
Contoh 101 (ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari tenaga kerja harus diperlakukan dengan manusiawi dan contoh 102 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari generasi tua yang tidak mau tersingkir oleh generasi muda (presiden tidak mau diganti). Contoh 103 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari walaupun ketua Mao sudah mati, namun pendapatnya tetap dijadikan pedoman hidup bagi rakyat Cina. Contoh 104 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari anggota legislatif itu tidak peka dengan masalah yang dihadapi rakyat. Contoh 105 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari dengan akan berkunjungnya Perdana Menteri Jepang ke Indonesia, maka akan terjalin hubungan bilateral antarkedua negara dan contoh 106 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari pemerintah yang pengendalikan kegiatan kehidupan kampus.
Contoh 107. Judul: Tidak Tercapainya Sasaran Produksi Pangan
1976 Tak Banyak Berpengaruh
Menteri Ekuin Widjojo Nitisastro mengatakan tidak tercapainya
sasaran produksi pangan 1976 tidaklah berpengaruh banyak.
Sebab hasil produksi itu "hanya" tidak mencapai target yang
ditetapkan setiap tahun dan bukan penurunan dalam pengertian
absolut. (Kompas, 10 Januari 1977)
Contoh 108. Judul: Presiden Menilai Pemilu 1977 dan Hasilnya Sah
Ia menekankan lagi jika ada pihak-pihak yang berusaha
menganulir hasil-hasil ataupun menyatakan hasil tersebut tidak
sah, maka "itikad baik pihak yang bersangkutan dapat
dipertanyakan". Ditanya penilaian terhadap adanya protes-protes
yang berkembang, ia menyebutkan sebagai suatu "siasat politik".
Ia hanya mengatakan "memang ada yang manis dan ada yang
nakal". (Kompas, 30 Mei 1977)
Contoh 109. Judul: Kemacetan Dana Pengganti SPP Sedang Diteliti
Menteri Penertiban Aparatur Negara mengatakan bahwa ia belum
dapat mengatakan apakah kemacetan itu karena "kurang
sempurna mekanismenya" atau karena "ulah manusianya".
(Kompas, 20 Juni 1977)
Contoh 110. Judul: Lembaga Peradilan Kita Kurang Pancarkan
Kewibawaan
Peradin mengkonstantir lembaga-lembaga peradilan kita kini
kurang memancarkan kewibawaan. Tindakan-tindakan sementara
hakim yang kurang patut dalam menjalankan tugasnya.
(Kompas, 14 September 1977)
Contoh 111. Judul: Indonesia Perlukan Penanaman Modal Asing
(PMA) Cukup Besar Tahun Ini
Ketua BKPM Barli Halim mengatakan bahwa Indonesia
memerlukan modal asing untuk pembangunan lebih besar tahun
ini. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan kebijaksanaan "one
stop service" dalam menangani penanaman modal itu.
(Kompas, 1Mei 1978)
Contoh 112. Judul: Jabarkan Pola Hidup Sederhana Sehingga
Operasionil
Preside Soeharto meminta kepada Menteri Negara Emil Salim
untuk menjabarkan lebih lanjut "pola hidup sederhana", sehingga
benar-benar menjadi operasionil. (Kompas, 29 Mei 1978)
Contoh 107 (ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari produksi beras pada tahun 1976 ini menurun. Contoh 108 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari presiden mengatakan bahwa pemilu 1977 sah. Siapa yang mengatakan tidak sah, itu hanya siasat politik saja karena memang orang itu ada yang berbakti dan ada yang durhaka. Contoh 109 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari dana pengganti SPP itu macet karena dikorupsi atau karena kelalaian birokrasi. Contoh 110 (ranah polhukam) adalah eufemisme dari hukum di Indonesia mandul. Contoh 111 (ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari pemberlakuan 'sistem satu pintu' dalam menangani penanaman modal asing dan ontoh 112 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari instruksi presiden agar rakyat Indonesia menjalani pola hidup sederhana.
Contoh 113. Judul: Pupuk Saling Pengertian
KSAD Letjen Widodo mengajak dipupuknya saling pengertian agar
tidak terdadak oleh keadaan yang tidak terduga sebelumnya. Lebih
baik bersedia payung sebelum hujan. (Kompas, 7 Maret 1978)
Contoh 114. Judul: Sulit Diwujudkan Aparatur Bawahan Bersedia
Memberi Laporan Apa Adanya
Bawahan tetap berkecenderungan memberikan laporan muluk-
muluk. Meskipun ditanya selalu bisa disediakan jawaban "berkat
swadaya masyarakat". (Kompas, 19 Mei 1979)
Contoh 115. Judul: Kehidupan Monolitisme Agar Diubah
Kehidupan monolitisme yang sudah berkembang dari atas sampai
ke bawah harus segera diubah dan diganti dengan mekanisme
kepemimpinan yang terbuka, kata Abd. Huhamahua.
(Kompas, 27 Oktober 1979)
Contoh 116. Judul: Cita-cita Akan Martabat Manusia Harus
Dikonfrontir Dengan Keadaan Tak Manusiawi
Supaya cita-cita akan martabat manusia tidak menjadi sekedar
ideal abstrak yang kosong, cita-cita itu harus senantiasa
dikonfrontir dengan situasi riil yang justru memperkosa martabat
manusia. (Kompas, 18 Juli 1980)
Contoh 117. Judul: Perkelahian Pelajar DKI Karena Hasutan Luar
Sesuai petunjuk Presiden menurut menteri, para pelajar harus
diamankan dari hasutan yang dapat menjerumuskan mereka.
(Suara Karya, 3 Oktober 1981)
Contoh 118. Judul: Mubarak Ingin Berbalik Dengan Negara-negara
Arab
Anwar Sadat, pahlawan perang dan damai Sabtu lalu dibaringkan
di tempat peristirahatannya yang terakhir. Ketika peti jenazah
dimasukkan ke dalam makam, janda almarhum meledak tangisnya
yang merawankan hati. (Suara Karya, 12 Oktober 1981)
⁹
Contoh 113 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari rakyat Indonesia harus siap siaga menghadapi hal-hal yang tidak terduga dan contoh 114 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari pejabat atasan yang hanya ingin bagusnya saja, sehingga laporan dari bawahan hanya bersifat ABS (asal bapak senang) walaupun tidak sesuai dengan kenyataan yang sangat bertolak belakang dengan isi laporan itu dan juga tidak diperiksa ulang oleh atasannya. Contoh 115 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari sistem kepemimpinan yang satu komando harus diubah menjadi sistem kepemimpinan terbuka dan contoh 116 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari cita-cita akan martabat manusia agar tidak hanya mimpi belaka harus dikontraskan dengan kenyataan yang terjadi di tengah masyarakat. Contoh 117 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari para pelajar harus dijauhkan dari hal-hal yang menjerumuskan mereka. Contoh 118 (ranah sosbud) merupakan eufemisme dari Anwar Sadat telah dikuburkan di kuburannya dan ketika peti mayat dimasukkan ke dalam kuburan, jandanya menangis yang mengharukan pelayat lainnya.
Contoh 119. Judul: Semangat Kepahlawanan Harus Melandasi
Segala Kegiatan
Peringatan Hari Pahlawan 10 November tahun 1981 mempunyai
arti dan peranan yang sangat penting dan jangkauan yang luas
terutama dalam perjuangan mengisi kemerdekaan dengan
meningkatkan pemerataan hasil pembangunan di segala
bidang.(Suara Karya, 10 November 1981)
Contoh 120. Judul: Jawaban Terhadap Penyelewengan Oknum-
oknum Tak Bertanggung Jawab
Sementara itu Ketua Umum Pusbadhi RO Tampubolon
berpendapat, ketiga hakim itu jangan dirumahkan saja, tetapi
harus diseret ke meja hijau. (Suara Karya, 3 Februari 1981)
Contoh 121. Judul: Amerika Serikat: "Jangan Mengail di Air Keruh"
dalam Kemelut Iran
Amerika Serikat menyerukan kepada negara-negara lain supaya
menahan diri dari usaha untuk "mengail di air keruh" dalam
kemelut yang melanda Iran sekarang. (Suara Karya, 1 Juli 1981)
Contoh 122. Judul: Mendagri: Jangan Komersialkan Pemilihan
Kepala Daerah
Kalau ada komersialisasi dalam urusan gubernur dan bupati dapat
rusak negara ini. Kalau ada tawar-menawar itu memang biasa,
kata menteri. (Suara Karya, 17 Juli 1981)
Contoh 123. Judul: F ABRI: Generasi Muda Harus Dimerahputihkan
Sejak lahirnya, Orde Baru telah bertekad mengadakan koreksi total
terhadap penyelewengan-penyelewengan dari Pancasila dan UUD
1945 dan segala kekeliruan-kekeliruan yang dapat berakibat fatal.
(Suara Karya, 9 Juli 1982)
Contoh 124. Judul: Bantu Pak Harto Sukseskan Tugas
Konstitusionalnya
Tetapi tadi pagi ketua panitia terpaksa langsung ke rumah duka di
Matraman, kata Barlianta. Kepergian Pak Ali Murtopo untuk
selamanya mendapat tanggapan luas. (Suara Karya, 17 Mei 1984)
Contoh 119 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari pembangunan akan diadakan di seluruh daerah di Indonesia dan di segala bidang kehidupan rakyat dan contoh 120 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari hakim-hakim yang menerima suap itu harus diadili. Contoh 121 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari seruan Amerika Serikat kepada negara lain agar tidak menggunakan kesempatan dalam kemelut di Iran. Contoh 122 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari Mendagri tidak mengizinkan adanya sistem perdagangan dalam pemilihan gubernur dan bupati, tetapi sistem jual beli boleh dan contoh 123 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari tekad Orde Baru untuk membasmi penyeleweng-penyeleweng Pancasila dan UUD 1945 dan segala kekeliruan yang berakibat fatal. Contoh 124 (ranah sosobud) merupakan eufemisme dari kematian Bapak Ali Murtopo mendapat tanggapan luas dari masyarakat Indonesia.
Contoh 125. Judul: Indonesia Mengalami Kekurangan Eksportir
Kebanyakan eksportir Indonesia masih menggunakan tangan
ketiga untuk ekspor ke negara-negara utama seperti Amerika
Serikat dan Eropa Barat. Akibatnya, sebagian besar nilai tambah
jatuh ke tangan perantara seperti Hongkong.
(Suara Karya, 7 Januari 1985)
Contoh 126. Judul: Presiden Minta Menteri Keuangan Segera
Lakukan Penelitian
Radius juga mengungkapkan salah satu penyebab hambatan di
pelabuhan adalah "pengganggu keamanan". Ketika ditanya
pengganggu keamanan itu apa, dia mengatakan "Saudara pura
pura tidak mengerti". (Suara Karya, 14 Februari 1985)
Contoh 127. Judul: Tempat-tempat Pengeluaran Izin Potensial Untuk
Korupsi
Alasannya, PDI memantau dan mengamati keresahan masyarakat
mengenai korupsi yang dewasa ini sudah mengambil proporsi
yang sangat mengkhawatirkan. Undang-undang dan hukum
kurang efektif, vonis dan hukum penjara bisa diatur.
(Suara Karya, 23 November 1987)
Contoh 128. Judul: Sarwono: Garis Politik Naro Berbeda Dengan
Soeharto
Wakil ketua FKP Sarwono Kusumaatmaja menegaskan, Dr. H.J.
Naro (Ketua Umum DPP P3) yang dicalonkan FPP sebagai wakil
presiden secara apriori tidak memenuhi satu syarat konstitusional,
yakni bisa bekerja sama dengan calon presiden dilihat dari segi
pelaksanaan GBHN, calon presiden Soeharto mempunyai garis
politik yang berbeda dengan calon wakil presiden dari FPP itu.
(Suara Karya, 4 Maret 1988)
Contoh 129. Judul: Presiden: "Pada Suatu Saat Tangan Kita Akan di
Atas"
Indonesia bercita-cita dan berusaha membantu negara lain. "Pada
suatu saat pasti tangan kita akan berada di atas", kata Presiden
Soeharto. Akan tetapi karena kita masih terbatas, kita menerima
bantuan uluran tangan negara-negara lain, kata presiden.
(Suara Karya, 4 Juni 1988)
Contoh 130. Judul: Eselon "Kedap Arahan" Penyebab Aparatur
Kurang Berfungsi
Dalam jajaran aparatur negara terdapat suatu lapisan atau eselon "kedap arahan". Eselon ini penyebab masyarakat tidak dapat berbuat apa-apa terhadap pelayanan mereka yang kurang memuaskan. (Suara Karya, 2 Agustus 1988)
Contoh 125 (ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari ekspor Indonesia belum langsung ke negara tujuan, tetapi harus melewati negara perantara seperti Hongkong. Akibatnya, sebagian besar keuntungan juga untuk negara perantara itu. Contoh 126 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari hambatan di pelabuhan terjadi karena adanya pengganggu keamanan yang disebut informan yang terdiri dari anggota ABRI dan sipil yang dipekerjakan untuk melindungi barang-barang pedagang dari pemeriksaan petugas bea dan cukai agar tidak dikenai pajak dan hal ini telah diketahui umum. Contoh 127 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari korupsi sudah sangat merajalela disebabkan undang-undang dan hukum dapat dijualbelikan dan contoh 128 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari Dr. H.J. Naro ditolak untuk menjadi wakil presiden karena tidak dari partai Golkar. Contoh 129 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari Presiden Soeharto mengatakan karena kita miskin jadi sekarang kita berhutang dulu. Bila suatu saat kita kaya, kita akan memberi dan contoh 130 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari adanya lapisan aparatur negara yang tidak tersentuh hukum dan berbuat sewenang-wenang terhadap masyarakat. Akibatnya, masyarakat hanya pasrah dengan pelayanan mereka yang tidak memuaskan.
Contoh 131. Judul: Pembicaraan Tentang Calon Presiden "Angin
Segar" Kedewasaan Bangsa
Keterbukaan Presiden Soeharto untuk membicarakan masalah
pencalonan presiden di masa mendatang merupakan "angin
segar" dalam iklim kehidupan politik demokrasi Pancasila.
(Suara Karya, 14 April 1989)
Contoh 132. Judul: 1,2 Juta Dolar Setiap Hari Hasil Tambahan Kuota
Minyak
Melemahnya harga jual minyak nasional pada bulan Juni ini
disebabkan oleh turunnya harga minyak Dubai dan Oman.
(Suara Karya, 19 Juni 1989)
Contoh 133. Judul: Wahono Tegaskan: Hilangkan Monopoli
dan Bisnis Fasilitas
Ketua Umum DPP Golkar Wahono menegaskan, bisnis fasilitas
yang diberikan kepada pihak-pihak tertentu harus dihilangkan
untuk menutup penyimpangan-penyimpangan yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan. (Suara Karya, 9 Juni 1990)
Contoh 134. Judul: Kepala Negara Sampaikan Belasungkawa:
Korban Insiden Dili Sekitar 50 Orang Tewas
"Presiden juga menyampaikan rasa keprihatinannya terhadap
keluarga yang sanak keluarganya sampai saat ini belum diketahui
berada di mana, demikian Murdiono.
(Kompas, 27 Desember 1991)
Contoh 135. Judul: Ketua Mahkamah Agung Diminta Penuhi Janji
Menindak Hakim "Nakal"
Pernyataan Ketua Mahkamah Agung Purwoto S Gandasubrata
untuk menindak tegas bagi hakim yang "nakal" patut disambut
sebagai janji yang harus direalisir. Kalau memang ada hakim
yang terbukti melakukan penyimpangan, Purwoto mengatakan
"apa boleh buat, saya akan mengambil langkah tegas".
(Kompas, 31 Juli 1992)
Contoh 136. Judul: Pejabat Eselon I Departemen Keuangan
Bantu Kejaksaan Agung Usut Ekspor Fiktif
Menteri Keuangan Mar'ie Muhammad menugaskan tiga pejabat
eselon I Departemen Keuangan untuk membantu kejaksaan
agung mengusut masalah ekspor fiktif. Sistem itu dipakai oleh
orang-orang yang tidak benar. (Kompas, 14 Oktober 1994)
Contoh 131 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari keterbukaan Presiden Soeharto untuk membicarakan pencalonan presiden sangat menyenangkan rakyat dan sekalligus mengagetkan. Contoh 132 (ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari harga minyak nasional turun. Contoh 133 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari kolusi dan nepotisme yang terjadi antarpejabat menyebabkan terjadinya korupsi. Contoh 134 (ranah sosbud) merupakan eufemisme dari rasa sedih kepala negara yang disampaikan kepada keluarga korban insiden Dili dan contoh 135 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari Ketua Mahkamah Agung hendaknya menepati janjinya untuk menindak tegas hakim-hakim yang suka minta uang suap. Contoh 136 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari adanya ekspor palsu yang dilakukan oleh para koruptor dan Menkeu Mar'ie Muhammad menugaskan tiga orang pejabat eselon I Depkeu untuk membantu Kejaksaan Agung untuk mengusutnya.
Contoh 137. Judul: Imbauan Presiden: Pengusaha Dirikan
Yayasan Yang Menyediakan Bea Siswa
Untuk itu perguruan tinggi yang sudah maju dan para pengusaha
diharap bisa lebih memberi peluang melalui bea siswa bagi para
mahasiswa yang potensial, namun, tidak mampu.
(Kompas, 16 Januari 1994)
Contoh 138. Judul: Prof. Sumitro Djojohadikusumo: Subsidi
dan Proteksi Rugikan Daya Saing
Jika pemberitaan itu benar, saya khawatir telah terjadi kekhilafan
ganda, yakni kekhilafan pada fakta dan logika. Korupsi dikatakan
komersialisasi. Palsu dikatakan fiktif.
(Kompas, 21 September 1995)
Contoh 139. Judul: Rusuh Di Tengah Bencana Kerinci, Dua
Orang Tewas Satu Luka Berat
Kolonel (Inf) Muchdi Purwo Pranjono menyatakan permohonan
maaf kepada masyarakat setempat, sehubungan adanya tindakan
oknum prajurit yang tidak sesuai prosedur, sehingga
mengakibatkan satu penduduk setempat tewas tertembak.
(Kompas, 13 Oktober 1995)
Contoh 140. Judul: Tanggapi Sikap Para Mantan: Presiden:
Mereka Akan Tergulung
Menurut Presiden, orang-orang itu tak perlu dikhawatirkan. Karena
hanya kelompok kecil yang suatu saat pasti akan tergulung oleh
perjalanan dari yang lain, ucap kepala negara. Presiden
mengingatkan agar jangan ada kelengahan lagi.
(Kompas, 12 September 1996)
Contoh 141. Judul: Rudini: Golkar Siapkan 5 Calon
Menurut pengamatan Republika, penyebutan kriteria ini merupakan
modus baru yang dilakukan Golkar, sebelum ini dilakukan dengan
"kebulatan tekad" dan "doa politik". (Kompas, 22 Oktober 1996)
Contoh 142. Judul: Tim Komnas HAM: Lettu Daniel Akui Pukul Cece
Daniel mengakui pada saat ia memukul Cece kondisi korban
justru kurang baik. "Maka terjadilah hal yang tak diinginkan", kata
Daniel seperti yang ditirukan Bambang.
(Republika, 30 Oktober 1996)
Contoh 137 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari himbauan presiden kepada para pengusaha untuk memberikan bea siswa kepada mahasiswa yang miskin, tetapi pintar dan contoh 138 (ranah ekonomi) merupakan eufemisme dari kekhawatiran Prof. Dr. Sumitro Djojohadikusumo terhadap istilah komersial untuk 'korupsi' dan fiktif untuk 'palsu' yang dapat merusak fakta dan logika. Contoh 139 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari seorang oknum prajurit yang menembak seorang penduduk sipil hingga tewas. Contoh 140 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari kecurigaan Presiden Soeharto terhadap sekelompok kecil orang yang katanya bakal tersingkir dan contoh 141 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari Golkar mengadakan modus baru dengan memberikan 'kriteria calon presiden' dalam persiapan pemilihan presiden sebagai tukaran dari 'kebulatan tekad' dan 'doa politik'. Contoh 142 (ranah sosbud) merupakan eufemisme dari kematian korban karena sakit bukan karena dipukul.
Contoh 143. Judul: Tayangan Sadis dan Seks Harus Diatur Undang
undang
Sri menilai tayangan kekerasan di televisi selama ini memang
memiriskan dan sering tak masuk akal. (Republika, 3 Mei 1996)
Contoh 144. Judul: Eddy Tansil Kabur Dari Lembaga
Pemasyarakatan dan Buron
Terpidana megaskandal Bapindo, Eddy Tansil kini tak diketahui
rimbanya. Penilep uang negara sekitar Rp 1,3 trilyun ini disebutkan
kabur dari Lembaga Pemasyarakatan Cipinang Jakarta Timur.
"Hari ini saya ingin menyampaikan suatu berita yang sangat
memprihatinkan, yakni berita mengenai lolosnya Eddy Tasil dari
penjara", kata Oetoyo Usman.(Republika, 8 Mei 1996)
Contoh 145. Judul: Adi Andoyo Sucipto: "Saya Mendengar Isu
Akan Dipecat
Kowarsus tak melihat ada kolusi, melainkan hanya "kesalahan
prosedur". Adi menurut sumber itu akan dibebastugaskan karena
dinilai bertindak indisipliner melawan atasan dan telah
mencemarkan nama baik Mahkamah Agung kepada pihak luar.
(Republika, 25 Juni 1996)
Contoh 146. Judul: Penonton Iwan Fals Mengamuk
Perlahan-lahan situasi menjadi tidak terkendali. Ketegangan
sempat mencair begitu pertunjukan satu jam itu berlangsung.
Seperti berusaha meredam emosi penonton Iwan bahkan
mengakhiri pertunjukannya dengan sebuah lagu romantis.
(Republika, 15 Januari 1996)
Contoh 147. Judul: Isu Krisis Moneter Dominasi KTT ASEAN
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Muhammad mengatakan
bahwa krisis ekonomi sebagian mencerminkan terjadinya
"penyelewengan dan malpraktik" oleh pihak swasta.
(Republika, 14 Desember 1997)
Contoh 148. Judul: Presiden: Kerja Sama Dengan Kekuatan Lain
Peranan ABRI sebagai kekuatan sosial politik perlu terus
disegarkan dan disesuaikan dengan perkembangan dan tingkat
kemajuan bangsa. Pada taraf kemajuan masyarakat dewasa ini,
ABRI berada pada posisi tut wuri handayani, kata presiden.
(Republika, 5 April 1997)
Contoh 143 (ranah sosbud) merupakan eufemisme dari tayangan sadis dan seks di televisi sudah 'sangat mengerikan' dan 'menciutkan hati'. Contoh 144 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari Eddy Tansil yang lari dari penjara dan contoh 145 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari Adi Andoyo yang akan dipecat dengan kesalahan indisipliner. Contoh 146 (ranah sosbud) merupakan eufemisme dari keributan penonton karena keterlambatan Iwan Fals segera reda begitu pertunjukan dimulai. Contoh 147 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari krisis ekonomi terjadi karena korupsi dan kecurangan pihak swasta dan contoh 148 (ranah polhukam) merupakan eufemisme dari posisi ABRI yang tut wuri handayani perlu terus disegarkan dan ditingkatkan.
Contoh-contoh 60,61,63, 65--68, 70--72, 74--76, 78--83, 85,86,88,90, 92--96, 98,99,102--106, 108--110, 112--117, 119--123, 126--131,133, 135--141, 144,145,147,148 termasuk ranah politik, hukum, dan keamanan. Contoh 69,84,89,91,100,101,107,111,125,132 termasuk ranah ekonomi dan pembangunan. Contoh 62, 64, 73, 77, 87, 97, 118, 124, 134, 142, 143,146 termasuk ranah sosial dan budaya.
B. Makna dan Fungsi Gaya Bahasa Eufemisme
Fungsi gaya bahasa eufemisme dapat diturunkan dari maknanya. Dari makna penghalusan, eufemisme berfungsi untuk (a) sopan santun, (b) menghindari kesalahpahaman, dan (c) menjaga muka (agar tidak kehilangan muka). Dari makna kebohongan, eufemisme berfungsi untuk (a) pengendalian, (b) penipuan, (c) kecurigaan, dan (d) kekerasan.
1. Fungsi dari Makna Penghalusan
a. Fungsi Kesopansantunan
Eufemisme yang berfungsi sopan santun terdapat pada contoh- contoh berikut 62, 64, 67, 73, 79, 81, 85, 94, 98, 103, 105, 115, 118, 124, 134, 135, 136, dan 146. Setiap fungsi pada setiap contoh akan diuraikan seperti berikut.
Pada contoh 62 istilah asing mismanagement bermakna 'salah urus dan penghalang'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopansantunan. Istilah asing itu dirasakan lebih sopan daripada memakai frase 'salah urus' dan istilah handicap juga dirasakan lebih sopan dari kata 'penghalang'. Studio film itu terlantar disebabkan salah urus dalam menjalankan perusahaan keluarga yang berdampak negatif pada produksi film nasional secara umum. Istilah asing seasonal pada contoh 64 bermakna 'musiman' juga untuk menunjukkan kesopansantunan dalam berkomunikasi dan untuk menyatakan siklus mewabahnya suatu penyakit. Pada contoh 67 kata misalokasi dan kata tegen prestasi bermakna 'salah menempatkan seseorang dan imbalan yang diberikan kepada negara'. Eufemisme ini dirasakan lebih sopan dari pemakaian kata aslinya. Tindakan korupsi di Indonesia yang telah merajalela dan telah mencapai 30 persen dari GNP merupakan suatu kesalahan yang tidak memberikan suatu pekerjaan pada ahlinya. Para koruptor juga tidak memberikan imbalan yang seimbang dengan uang negara yang dikorupsinya. Pada contoh 73 frase dalam keadaan tidak jalan bermakna 'telah ditutup, menjalankan, dan perusahaan keluarga'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopansantunan. Istilah ini terdengar lebih sopan dari frase telah ditutup. Perusahaan film keluarga yang dalam keadaan tidak jalan itu disebabkan mismanagement. Pada contoh 79 frase meningkat dalam kualitas bermakna 'kejahatan itu lebih sadis, tentara dan polisi, dan keadaan masih tetap stabil'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan sopan santun. Pada tahun 1973, kejahatan cenderung meningkat dari segi kesadisannya, namun, polisi dan anggota ABRI tetap dapat menguasai keamanan ibukota. Pemakaian frase pola lama pada contoh 81 bermakna 'gaya Orde Lama, menekan grupnya, orang-orang yang tidak berkepentingan, dan dalangnya yang akan ditangkap'. Jenderal Sumitro menilai pola lama yang mirip Orde Lama terjadi lagi. Pemimpin berbicara banyak di DPR, tetapi tetap menggerakkan grupnya dan ormasnya. Orang yang harus ditangkap itu adalah orang yang menggerakkan grup-grup itu.
Frase titik rawan pada contoh 85 bermakna 'masalah yang sangat sensitif'. Eufemisme ini berfungsi sebagai pernyataan kesopansantunan. Masalah tanah merupakan sumber keresahan dalam masyarakat dan titik rawan bagi kehidupan politik dan ekonomi nasional. Masalah ini dapat menimbulkan problema-problema yang perlu dipikirkan antisipasinya secepat mungkin. Eufemisme membuka pintu pada contoh 94 bermakna 'berunding'. Pasukan Indonesia siap membantu menertibkan Timor Portugis. Dalam hal ini, Indonesia hanya bersikap menyerahkan tanggung jawab kepada Portugal dan menunggu kesediaan Portugal untuk berunding. Pada contoh 98 eufemisme belum memperoleh hasil yang melegakan, kebocoran pemasukan keuangan negara, dan tergoyahnya mental alat-alat negara bermakna 'pemerintah belum berhasil sempurna menumpas aksi penyelundupan', terjadinya korupsi besar-besaran, dan rusaknya mental aparatur negara'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopansantunan. Tindakan penyelundupan yang sangat marak telah menyentuh keselamatan kehidupan bangsa, namun, usaha pemerintah untuk menanggulanginya dirasakan belum maksimal. Pada contoh 103 eufemisme sudah berpulang dan penunjuk jalan bermakna 'sudah mati dan menjadi pedoman'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopanan dan lebih sopan dan terasa menenteramkan hati. Sekalipun Ketua Mao sudah meninggal , namun, pikiran-pikirannya akan terus menjadi pegangan bagi rakyat Cina. Eufemisme kontak dari hati ke hati pada contoh 105 bermakna 'terjalinnya hubungan persahabatan yang erat'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopansantunan. Kunjungan Perdana Menteri Kerajaan Jepang Takeo Fukuda ke Indonesia dan pertemuannya secara pribadi dengan Presiden Soeharto telah menambah eratnya persahabatan antara Indonesia dan Jepang. Kata monolitis pada contoh 115 bermakna 'satu komando'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan rasa sopan. Kehidupan satu komando yang telah terjadi sejak periode Demokrasi Pancasila harus segera diubah dan diganti dengan mekanisme kepemimpinan yang terbuka. Pada contoh 118 eufemisme dibaringkan di tempat peristirahatannya yang terakhir, jenazah, makam, dan yang merawankan hati bermakna 'dikuburkan, mayat, kubur, dan mengharukan'. Anwar Sadat, pahlawan perang dan damai telah dikuburkan di kuburannya yang diiringi oleh tangis yang mengharukan janda almarhum.
Pada contoh 124 rumah duka dan kepergian untuk selama-lamanya bermakna 'rumah di mana ada anggotanya yang meninggal dan telah meninggal dunia'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesantunan. Meninggalnya Pak Ali Murtopo mendapat tanggapan luas dari masyarakat Indonesia. Pada contoh 134 eufemisme rasa keprihatinan bermakna 'rasa sedih yang mendalam'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopansantunan. Presiden Soeharto menyampaikan belasungkawanya kepada korban insiden Dili. Eufemisme hakim yang nakal dan saya akan mengambil langkah tegas pada contoh 135 bermakna 'hakim yang biasa minta uang suap kepada kliennya' dan 'akan ditindak tegas'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopanan. Ketua Mahkamah Agung Purwoto S. Gandasubrata menjanjikan akan menindak tegas hakim-hakim yang suka minta uang suap kepada kliennya. Kata ekspor fiktif dan orang-orang yang nggak benar pada contoh 136 bermakna 'ekspor palsu dan para koruptor'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopanan. Menteri Keuangan Mar'ie Muhammad menugaskan tiga orang pejabat eselon I Departemen Keuangan untuk membantu Kejaksaan Agung mengusut masalah ekspor palsu yang dilakukan oleh para koruptor. Pada contoh 143 kata memiriskan bermakna 'mengerikan atau menciutkan hati'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopanan. Tayangan-tayangan kekerasan di televisi sudah sangat mengerikan dan menciutkan hati, seperti tidak ada lagi sensor dari badan film nasional. Eufemisme tak terkendali dan mencair pada contoh 146 bermakna 'ribut dan mereda'. Eufemisme ini berfungsi untuk menyatakan kesopanan. Perlahan-lahan situasi menjadi ribut, namun, sempat mereda begitu pertunjukan satu jam itu berlangsung.
Makna penghalusan yang dipakai penulis berita sangat tergantung pada narasumber yang mengeluarkan pernyataan-pernyataan itu. Bila narasumbernya memahami makna kata dan biasa memilih kata-kata yang lebih halus dan sopan, maka bahasanya juga akan lebih sopan.
b. Fungsi Untuk Menghindari Kesalahpahaman
Makna penghalusan dengan fungsi menghindari kesalahpahaman terdapat pada contoh-contoh sebagai berikut: 63, 65, 71, 74, 76, 96, 101, 116, 121, 125, 127, 130, dan 138. Setiap fungsi pada setiap cuntoh akan diuraikan seperti berikut.
Pada contoh 63 kata meng-up-grade bermakna 'meningkatkan'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Untuk menangani jaksa-jaksa yang suka minta uang suap, Jaksa Agung akan mengadakan tindakan preventif seperti meningkatkan mental dan menaikkan gaji para jaksa itu. Kata spesifik, fusi traffic, mass system, floating mass, dan persuasif pada contoh 65 bermakna 'khusus, dengan berbagai cara, sistem penggalangan massa, pengapungan massa, dan meyakinkan. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Demokrasi Pancasila adalah demokrasi yang khusus yang mempergunakan teknik pengapungan massa dan teknik meyakinkan dan meyakinkan. Dengan dalih Pancasila dan UUD 1945 penguasa menciptakan istilah-istilah yang sulit dipahami oleh masyarakat. Istilah-istilah itu diciptakan dengan gaya bahasa eufemisme. Pada contoh 71 eufemisme orang-orang kaya dan untuk diambil bermakna 'para konglomerat keturunan Cina dan akan diculik'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Disinyalir ada konspirasi untuk menculik konglomerat keturunan Cina.
Kata permainan, tidak akan tinggal diam, dan kata penyakit' pada contoh 74 bermakna 'korupsi atau kecurangan, akan menindak tegas, dan tradisi Orde Lama'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Kecurangan-kecurangan yang terjadi pada zaman Orde Lama, yang masih terjadi pada masa Orde Baru ini akan ditindak tegas oleh menteri keuangan. Adanya korupsi di Bank Indonesia akan ditindak tegas oleh pemerintah. Kata suka main tangan dan preventif pada contoh 76 bermakna 'suka minta uang pelicin perkara dan pencegahan'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Jaksa Agung akan mengadakan tindakan pencegahan untuk mengatasi halm itu. Pada contoh 96 kata integrasi dan lampu hijau bermakna 'bergabung dengan negara Republik Indonesia dan pemerintah pusat telah setuju'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Bergabung dengan negara Republik Indonesia merupakan pemecahan masalah yang paling tepat untuk Timor Timur. Untuk itu, persetujuan pemerintah pusat juga telah ada.
Pada contoh 101 eufemisme agar tidak memanfaatkan secara salah tenaga kerja yang berlimpah bermakna 'bertoleransi kepada buruh'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Pengusaha jangan sewenang-wenang memanfaatkan tenaga buruh yang sangat banyak. Upah dan hak-hak buruh lainnya harus diperhatikan termasuk fungsi sosial pabrik. Pada contoh 116 istilah ideal abstrak yang kosong dan dikonfrontir bermakna 'hanya mimpi belaka dan dikontraskan'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Cita-cita akan martabat manusia harus dikontraskan dengan keadaan nyata sehari-hari. Dalam kehudipan nyata yang terjadi bukan menjaga martabat manusia, tetapi justru memperkosa martabat manusia. Pada contoh 121 eufemisme jangan mengail di air keruh bermakna 'jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Amerika Serikat memperingatkan negara-negara lain agar dapat menahan diri dengan terjadinya kemelut di Irak.
Kata tangan ketiga dan nilai tambah pada contoh 125 bermakna 'negara perantara dan keuntungannya'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Indonesia hendaknya tidak lagi menggunakan negara perantara untuk melakukan ekspor ke negara tujuan. Hal ini dimaksudkan agar keuntungan yang besar itu didapat oleh eksportir Indonsia, bukan untuk eksportir perantara. Pada contoh 130 frasa eselon kedap arahan dan tidak dapat berbuat apa-apa bermakna 'aparat yang tidak terjangkau oleh hukum dan pasrah'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Pada setiap eselon di setiap bagian dalam suatu instansi pemerintahan biasanya ada pribadi-pribadi yang dapat berbuat sewenang-wenang dan orang-orang itu tidak ditangkap oleh alat keamanan. Masyarakat terpaksa memakai jasa mereka dan terpaksa pasrah dengan perlakuannya yang sewenang-wenang. Istilah kekhilafan ganda dan komersialisasi pada contoh 138 bermakna 'dua kesalahan, yaitu kesalahan fakta dan kesalahan logika dan korupsi'. Eufemisme ini berfungsi untuk menghindari kesalahpahaman. Prof. Sumitro Djojohadikusumo mengatakan bahwa dengan eufemisme yang salah akan terjadi dua kekeliruan, yaitu kesalahan fakta dan kesalahan logika. Bila korupsi disebut komersial, berarti pekerjaan korupsi dapat diperdagangkan (jadi legal). Oleh karena itu, hindari kesalahan makna dalam memakai kata korupsi, komersial, dan fiktif.
Makna penhalusan yang berfungsi menghindari kesalahpahaman sangat penting dalam berkomunikasi agar lawan bicara tidak dirugikan.
2. Fungsi Menjaga Muka (agar Tidak Kehilangan Muka)
Makna penghalusan dari gaya bahasa eufemisme yang berfungsi menjaga muka atau agar tidak kehilangan muka terdapat pada contoh- contoh berikut, 60, 69, 70, 72, 80, 97, 109, 110, 127, dan 132. Setiap fungsi pada setiap contoh akan diuraikan seperti berikut.
Pada contoh 60 kata affair dan negatif bermakna 'peristiwa dan menjelek-jelekkan'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga muka atau agar tidak kehilangan muka. Kejadian yang dianggap misterius itu disiarkan oleh pers asing yang menjelek-jelekkan perwakilan diplomatik Indonesia di Tanzania. Pada contoh 69 frase yang tidak-tidak bermakna 'komponen-komponen yang tidak terdaftar'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga muka. Para diplomat membawa komponen-komponen yang tidak disebutkan terdiri dari apa saja. Namun, ironisnya komponen yang tidak disebutkan itu harus dibawa melewati Terusan Suez, yang mengakibatkan kenaikan ongkos yang diusulkan ke DPR sangat tinggi. Kata sesuatu pada contoh 70 bermakna 'suatu hal yang tidak boleh diketahui umum'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga muka. Jaksa Agung Ali Said pernah melaporkan suatu hal yang tidak boleh diketahui oleh masyarakat yang berhubungan dengan pemanfaatan barang bukti penyelundupan.
Kata informan dan telah bergeser kepada soal mencari keuntungan pribadi masing-masing pada contoh 72 bermakna 'petugas keamanan yang tidak resmi dan tidak lagi menjaga keamanan'. Eufemisme ini bertujuan untuk tidak kehilangan muka. Kata informan di sini tidak berarti nara sumber untuk penelitian, tetapi penjaga keamanan ilegal yang bekerja secara ilegal, namun sangat ditakuti oleh pemakai jasanya. Para penjaga keamanan ilegal itu tidak lagi menjaga keamanan, tetapi telah berpindah mencari keuntungan pribadi. Mereka terdiri atas personil ABRI dan sipil yang menjaga keamanan keluar masuk barang di pelabuhan Tanjung Priok agar tidak diperiksa oleh bea dan cukai. Eufemisme rakyat kecil yang lemah ekonomi dan pengetahuan dan perasaan damai pada contoh 80 bermakna 'rakyat kecil yang miskin dan bodoh dan himbauan persuasif'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga agar tidak kehilangan muka. Pemerintah sangat pintar dalam mengapungkan massa. Perasaan damai di kalangan rakyat miskin sebagai himbauan yang meyakinkan harus terus dibina. Pada contoh 97 nasib Indonesia tidak begitu baik bermakna 'kesebelasan Indonesia kalah'. Eufemisme yang sangat bagus untuk menjaga muka dari suatu kekalahan. Hasilnya tim Indonesia tidak jadi berangkat ke Montreal. Frasa kurang sempurna mekanismenya atau karena ulah manusia-manusianya pada contoh 109 bermakna 'karena birokrasi atau karena dikorupsi'. Eufemisme ini berfungsi agar tidak kehilangan muka. Menteri Penertiban Aparatur Negara belum dapat mengatakan kemacetan dana pengganti SPP itu karena kelalaian birokrasi atau karena dikorupsi. Pada contoh 110 kata mengkonstantir, yang kurang patut, yang sangat mendesak, dan kehilangan pegangan bermakna 'memberi pernyataan tentang suatu gejala, yang tidak pantas, yang harus diselesaikan sesegera mungkin, dan tidak percaya lagi'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga muka. Lembaga peradilan kita yang tidak lagi membela kebenaran ditunjukkan oleh perlakuan hakim-hakim yang kurang pantas dalam menjalankan tugas. Hukum tidak lagi berlaku seperti apa yang diharapkan dan masalah ini merupakan masalah yang harus segera dibenahi agar masyarakat tidak kehilangan kepercayaan terhadap hukum.
Pada contoh 127 frase proporsi yang sangat mengkhawatirkan bermakna 'betul-betul sudah merajalela'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga muka. PDI memantau dan mengamati keresahan masyarakat karena korupsi dewasa ini sudah sangat merajalela. Tempat-tempat pengeluaran izin apapun adalah tempat yang sangat empuk untuk korupsi. Korupsi marak di mana-mana karena undang-undang dan hukum tidak berlaku lagi, malah vonis dan hukum penjara dapata ditawar. Pada contoh 132 eufemisme melemahnya harga minyak nasional bermakna 'harga minyak nasional turun'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga muka atau agar tidak kehilangan muka. Untuk masalah ini pemerintah juga mencari kambing hitamnya, yaitu harga minyak nasional turun karena turunnya harga minyak Dubai dan Oman.
Eufemisme tindakan oknum prajurit tidak sesuai prosedur pada contoh 139 bermakna 'tentara menembak penduduk setempat, sehingga tewas'. Eufemisme ini brfungsi untuk menjaga muka. Kolonel (Inf.) Muchdi Purwo Pranjono meminta maaf atas tertembaknya seorang penduduk oleh oknum prajurit di tengah kerusuhan waktu bencana gempa bumi di Kerinci. Hal itu tidak disengaja, hanya kesalahan prosedur. Pada contoh 142 eufemisme kondisi korban justru kurang baik (korban sedang sakit) dan maka terjadilah hal yang tidak diinginkan (korban tewas) bermakna 'korban sakit dan korban tewas'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga muka atau agar tidak kehilangan muka. Lettu Daniel yang memukul korban mengatakan kondisi korban waktu itu sedang sakit karena itulah diatewas. Pada contoh 144 eufemisme tak diketahui rimbanya, penilep, dan kabur bermakna 'tidak diketahui tempatnya, maling, dan lari'. Eufemisme ini berfungsi untuk menjaga agar tidak kehilangan muka dalam berkomunikasi. Eddy Tansil, pencuri uang Bapindo yang tergolong megaskandal dapat lari dari penjara dan tidak diketahui keberadaannya.
3. Fungsi dari Makna Kebohongan
Makna kebohongan dari sebuah eufemisme terjadi dengan bermacam-macam tujuan. Dalam data yang ditampilkan terdapat berbagai makna kebohongan sesuai dengan tujuan pembicara (nara sumber). Dalam berita utama yang menjadi data penelitian ini terdapat empat macam fungsi kebohongan dalam menciptakan dan pemakaian eufemisme, yaitu (1) fungsi pengendalian, (2) fungsi kecurigaan, (3) fungsi penipuan, dan (4) fungsi kekerasan. Fungsi-fungsi ini akan diuraikan seperti berikut.
a. Fungsi Pengendalian
Gaya bahasa eufemisme dengan makna kebohongan yang berfungsi pengendalian terdapat pada contoh-contoh berikut; 66, 68, 75, 82, 87, 88, 91, 99, 106, 111, 112, 113, 137, dan 148. Setiap fungsi pada setiap contoh akan diuraikan seperti berikut.
Pada contoh 66 kata urgensinya bermakna 'sangat penting'. Eufemisme ini berfungsi untuk pengendalian. Presiden Jenderal Soeharto menekankan betapa pentingnya pewarisan nilai-nilai '45 kepada generasi muda. Bila nilai-nilai luhur itu tidak diwariskan, maka nilai-nilai itu akan terlepas selamanya. Kata by design dan by incident, dan entrepreneur pada contoh 68 bermakna 'telah diatur, terjadi dengan sendirinya, dan berjiwa pengusaha'. Eufemisme ini berfungsi untuk mengendalikan masyarakat pengusaha. Kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi pada grup-grup tertentu bukan terjadi dengan sendirinya, namun, telah didesain lebih dulu. Akibatnya, pengusaha yang benar-benar (berjiwa pengusaha) tidak dapat berkembang karena tidak diberi kesempatan. Pada contoh 75 eufemisme akan diambil tindakan-tindakan preventif maupun represif, dan telah mengirimkan instruksinya bermakna 'tindakan apa saja akan dilakukan untuk mengamankan gejolak rakyat dan telah memerintahkan'. Eufemisme ini berfungsi untuk mengendalikan gejolak dalam masyarakat sehubungan dengan meninggalnya mantan Presiden Sukarno. Departemen Dalam Negeri telah memerintahkan (merupakan suatu pengendalian) para Gubernur Kepala Daerah untuk mengumpulkan semua pendapat di kalangan rakyat Indonesia sehubungan dengan meninggalnya mantan Presiden Ir. Soekano. Kata abdi masyarakat pada contoh 82 bermakna 'pelayan masyarakat'. Eufemisme ini berfungsi untuk mengendalikan pegawai negeri sipil. Memasukkan pegawai negeri sipil sebagai pelayan masyarakat ke dalam rencana undang-undang merupakan suatu pengendalian yang dirancang oleh pemerintah. Pada contoh 87 kata cakrawala baru bermakna 'ide-ide baru atau pemikiran-pemikiran baru'. Eufemisme ini berfungsi untuk mengendalikan sektor pariwisata. Pemikiran-pemikiran baru dalam usaha promosi pariwisata sungguh sangat bagus. Namun, dalam kenyataannya pemikiran baru yang bakal diterima adalah pemikiran baru yang telah disetujui pemerintah.
Kata silaturrahmi yang diucapkan oleh Menteri Luar Negeri pada contoh 88 bedrmakna 'kampanye'. Eufemisme ini berfungsi untuk mengendalikan masyarakat dengan kampanye Golongan Karya. Dalam silaturrahmi itu terdapat makna kebohongan dan makna pengendalian masyarakat oleh pemerintah melalui Golkar. Pada contoh 91 kata langkah-langkah, keadaan yang ditimbulkan, dan kata kesulitan bermakna 'upaya yang ditempuh untuk mengatasi, dampak yang muncul, dan kerugian yang dialami Pertamina'. Eufemisme ini berfungsi pengendalian. Pemerintah telah mengambil upaya-upaya yang diperlukan untuk mengatasi dampak kerugian Pertamina. Tahun prihatin untuk bidang keuangan negara pada contoh 99 bermakna 'semua instansi harus berhemat dalam membelanjakan dana pemerintah'. Eufemisme ini menunjukkan fungsi pengendalian yang telah diatur oleh kepala negara agar setiap instansi menyesuaikan rencana kerja masing-masing dengan situasi dan kondisi negara. Pada contoh 106 pernyataan kebebasan mimbar dalam kampus tetap dijamin, asal tetap dalam batas-batas kewajaran dan bertanggung jawab bermakna 'pemerintah mengendalikan kegiatan kehidupan kampus'. Eufemisme ini berfungsi untuk mengendalikan kegiatan mahasiswa di kampus. Bila menurut pemerintah kegiatan yang akan dilakukan itu berbau subversif, ya, kegiatan itu tidak boleh dilakukan. Untuk jenis kegiatan penanaman modal, pemerintah mengambil kebijaksanaan one stop service dan menangani seperti pada contoh 111 bermakna 'pelayanan satu pintu dan mengelola'. . Sistem satu pintu diberlakukan agar pengelolaan keuangan negara melalui penanaman modal asing dapat dikendalikan.
Pada contoh 112 eufemisme pola hidup sederhana dan gaya hidup yang tidak sesuai dengan lingkungan bermakna 'hiduplah dengan sederhana dan hemat dan gaya hidup yang berfoya-foya'. Eufemisme ini berfungsi pengendalian terhadap rakyat. Rakyat Indonesia harus hidup dalam kesederhanaan, berusaha menghemat dalam hidup, jangan berfoya-foya agar tidak terjadi penyelewengan-penyelewengan. Frasa lebih baik bersedia payung sebelum hujan pada contoh 113 bermakna 'dalam keadaan apapun harus siap siaga'. KSAD Letjen Widodo mengajak masyarakat untuk memupuk saling pengertian dan siap siaga terhadap kejadian-kejadian yang tidak terduga. Fungsi pengendalian sangat jelas dalam berita ini, yaitu pedoman saling pengertian itu adalah Pancasila. Pada contoh 137 kata potensial dan tidak mampu bermakna 'pintar dan miskin'. Eufemisme ini merupakan pengendalian presiden terhadap pengusaha-pengusaha. Mereka diminta untuk mendirikan yayasan bea siswa untuk mahasiswa-mahasiswa berprestasi atau pintar, namun, miskin. Pada contoh 148 istilah perlu terus disegarkan dan tut wuri handayani bermakna 'perlu ditingkatkan dan mengarahkan dari belakang'. Presiden Soeharto mengatakan bahwa ABRI berada pada posisi tut wuri handayani dalam masyarakat. Jadi, ABRI berusaha mendorong masyarakat dari belakang untuk maju. ABRI merupakan kekuatan sosial politik yang perlu disegarkan, disesuaikan dengan perkembangan dan tingkat kemajuan bangsa.
b. Fungsi Kecurigaan
Gaya bahasa eufemisme yang bermakna kebohongan dan berfungsi mencurigai terlihat pada contoh 86, 93, 99, 108, 117, 140, dan 145. Setiap fungsi pada setiap contoh akan diuraikan seperti berikut.
Pada contoh 86 kalimat demonstrasi-demonstrasi belum dibenarkan oleh peraturan yang berlaku bermakna 'demonstrasi mahasiswa atau siapa saja dilarang'. Eufemisme ini menampakkan suatu kecurigaan pemerintah dengan gerakan-gerakan yang dilakukan oleh mahasiswa. Pada contoh 93 kata menjernihkan, tabir asap yang menyelimuti, dan menggairahkan pembangunan bermakna 'menyelesaikan masalah yang terjadi, penyebabnya, dan mendorong agar pembangunan lancar'. Dengan terjadinya peristiwa "Malari", kecurigaan pemerintah bukan hanya kepada satu universitas (Universitas Indonesia) saja, tetapi kepada seluruh universitas di Indonesia. Beberapa orang mahasiswa ditahan karena dicurigai melakukan subversi. Pada contoh 99 tugas pemerintah memang memonitor keresahan-keresahan tersebut bermakna 'pemerintah akan mengawasi dan menangani hal-hal yang negatif yang terjadi dalam masyarakat' seperti yang dilaporkan oleh kepala Bakin. Dari kata 'memonitor' dan 'hal-hal negatif' nampak jelas kecurigaan pemerintah kepada masyarakat seolah-olah masyarakat telah melakukan sesuatu yang patut dicurigai dan harus ditangani.
Pada contoh 108 kata menganulir, siasat politik, dan memang ada yang manis dan ada yang nakal bermakna 'menganggap tidak sah, usaha-usaha yang dilakukan lawan politiknya, ada yang berbakti dan ada yang membangkang'. Presiden Soeharto menganggap hasil Pemilu 1977 adalah sah. Namun, beliau mencurigai ada orang-orang yang menganggap tidak sah dan itikat baik orang-orang itu harus dipertanyakan. Protes yang bermunculan adalah usaha lawan politiknya karena memang ada yang berbakti dan ada yang membangkang. Pada contoh 117 diamankan dan hasutan bermakna 'dijauhkan, kejahatan dan kekerasan'. Para pelajar harus dijauhkan dari kejahatan dan kekerasan agar tidak terjadi tawuran. Kecurigaan pemerintah terhadap masyarakat, siapapun dia, juga muncul dari masalah tawuran pelajar. Pada contoh 140 presiden mengingatkan agar jangan ada kelengahan lagi dan akan tergulung bermakna 'kecurigaan presiden terhadap beberapa orang dan mereka akan tersingkir'. Eufemisme ini menunjukkan bahwa presiden mengingatkan agar tetap waspada dalam situasi apapun. Pada contoh 145 kata kolusi, kesalahan prosedur, dibebastugaskan, dan indisipliner bermakna 'kerja sama negatif antarpejabat, korupsi, dipecat, dan tidak disiplin'. Nada kecurigaan pemerintah juga terpancar dari masalah Adi Andoyo Sucipto, namun, setelah diperiksa oleh Kowarsus ternyata tuduhan itu tidak terbukti. Adi Andoyo tetap dipecat dengan tuduhan tidak disiplin.
Dalam perjalanan pemerintahannya, Orde Baru menaruh rasa curiga yang sangat pada siapa saja, di bidang apa saja, dan kapan saja. Gaya bahasa eufemisme dipergunakan agar masyarakat tidak begitu merasakan kecurigaan-kecurigaan itu dan pemerintah dapat terus menteror masyarakat secara psikologis. Keadaan masyarakat yang masif ini dimanfaatkan pemerintah untuk memperkuat kekuasaannya dalam segala bidang termasuk menciptakan sebuah dinasti.
c. Fungsi Penipuan
Gaya bahasa eufemisme yang dipakai surat kabar dalam berita utamanya ada yang bermakna kebohongan. Eufemisme yang bermakna kebohongan ini berfungsi sebagai alat penipuan, yang terdapat pada contoh-contoh berikut, 77, 78, 83, 84, 89, 95, 100, 104, 107, 114, 119, 120, 122, 126, 128, 129, 131, 133, dan 141. Setiap makna dan fungsi pada setiap contoh akan diuraikan sebagai berikut.
Pada contoh 77 pemakaian istilah asing take off bermakna 'sanggup'. Eufemisme ini sungguh bagus untuk dijadikan alat untuk menipu masyarakat Indonesia. Nyatanya pada saat Pelita kedua tiba, dana pendidikan yang dianggarkan pada RAPBN juga pada angka yang sangat menyedihkan. Alhasil, pembaharuan pendidikan pada Pelita kedua juga belum menjadi wujud nyata. Pada contoh 78 eufemisme bukan hak-hak istimewa yang melekat pada ABRI, melainkan tanggung jawab yang lebih berat dan tugas yang lebih luas yang dipikul di atas pundaknya bermakna 'ABRI tidak mendapat hak istimewa walaupun tugasnya sangat berat'. Eufemisme ini merupakan penipuan terang-terangan pemerintah kepada masyarakat Indonesia. ABRI bertugas tidak hanya di instansi militer, tetapi di segala bidang, anggaran untuk mereka tidak pernah diumumkan, bila pemilihan pejabat, yang menang selalu orang-orang dari kalangan ABRI. Eufemisme di sini dipergunakan oleh Presiden Soeharto untuk mengacaukan nalar masyarakat agar mereka tidak merasa tertipu. Pada contoh 83 penipuan pemerintah terhadap masyarakat Indonesia terus berlanjut. Eufemisme membuat pagar-pagar dan kenaikan harga barang-barang tetap dalam batas-batas yang mampu dikendalikan pemerintah bermakna 'tindakan yang dirancang agar pembangunan tetap berjalan seperti biasanya dan tetap wajar'. Eufemisme ini merupakan gaya bahasa persuasif untuk meredam gejolak masyarakat. Harga barang-barang di tengah masyarakat sudah sangat mahal, namun, pemerintah tetap mengapungkan massa seolah-olah pemerintah sudah sangat maksimal bekerja dan tidak merugikan masyarakat.
Pada contoh 84 eufemisme mereka meninggal karena penyakit malaria, bukan oleh sebab-sebab lain bermakna 'mereka meninggal bukan karena kelaparan seperti yang diberitakan'. Eufemisme ini adalah kebohongan pemerintah yang sangat dimengerti oleh masyarakat. Semua masyarakat tahu bahwa transmigran-transmigran di Bengkulu Selatan itu meninggal karena kurang makan atau kelaparan. Pemerintah masih tetap berupaya menipu masyarakat dengan menciptakan kebohongan melalui pemakaian gaya bahasa eufemisme. Pada contoh 89 eufemisme bantuan bermakna 'hutang'. Pemerintah Indonesia berhutang kepada negara-negara yang tergabung dalam organisasi IGGI. Pada contoh 95 eufemisme kita tidak perlu berkecil hati dengan kenaikan RAPBN tahun 1976 – 1977 tidak sebesar tahun 1975 – 1976 bermakna 'betapa optimisnya pemerintah'. Pemerintah sangat optimis dalam menghadapi tahun ini walaupun kenaikan RAPBN tahun ini lebih kecil dari tahun kemarin. Hal ini disebabkan berbagai sasaran yang tercantum dalam Repelita II diperkirakan masih tetap dapat tercapai, bahkan beberapa sasaran Repelita itu kinipun telah ada yang dapat dicapai. Sungguh penipuan yang sangat sempurna, belum ada dana, belum ada kerja, tujuan sudah tercapai.
Pada contoh 100 eufemisme perudingan tidak macet, hanya belum selesai bermakna 'perundingan itu telah gagal'. Eufemisme ini berfungsi untuk menutupi suatu kebohongan dalam rangka menipu masyarakat Indonesia. Perundingan itu sudah gagal dan orang-orang luar negeri itu meninggalkan Indonesia tanpa meninggalkan suatu hasil yang konkret. Eufemisme pada contoh 104 hanya ada hambatan-hambatan psikologis bermakna 'tidak peduli, tidak punya hati, tidak peka'. Eufemisme ini berfungsi untuk menipu rakyat dengan mengatakan anggota legislatif itu sudah peka. Pada hal hambatan-hambatan psikologis itulah yang dikatakan tidak peka, tidak berperasaan, dan tidak punya hati. Pada contoh 107 eufemisme hanya tidak mencapai target yang ditetapkan setiap tahun bermakna 'produksi beras menurun'. Eufemisme ini berfungsi untuk mengelabui rakyat dan meredam gejolak. Produksi pangan tahun 1976 itu menurun, walaupun pemerintah tetap mengatakan tidak berpengaruh banyak dan juga bukan penurunan yang absolut.
Eufemisme berkat swadaya masyarakat pada contoh 114 bermakna 'kebohongan aparat bawahan dalam memberikan laporan atau laporan palsu'. Eufemisme itu merupakan jawaban yang jitu dari aparatur bawahan yang memberikan laporan palsu kepada atasannya. Prinsip bawahan membuat laporan adalah ABS 'Asal Bapak Senang'. Hal ini nampaknya disukai oleh pejabat atasan. Pada contoh 119 eufemisme meningkatkan pemerataan hasil pembangunan di segala bidang bermakna 'Presiden Soeharto mengiming-imingi rakyat dengan pemerataan hasil pembangunan'. Eufemisme ini berfungsi untuk menipu rakyat dengan teknik mengapungkan massa (floating mass). Dengan demikian, masyarakat merasa bahwa pembangunan itu suatu hari kelak akan sampai ke daerahnya seperti pembangunan yang ada di kota-kota lain. Pada contoh 120 eufemisme dirumahkan dan diseret ke meja hijau bermakna 'dipecat dan harus diadili'. Para hakim yang terlibat skandal pungli harus dipecat dan diadili agar hukum dapat ditegakkan. Eufemisme ini berfungsi untuk menipu rakyat dan hakim yang bermasalah itu tidak mempunyai beban mental atau beban moral karena hanya disuruh tinggal di rumah saja. Dan bila ada kesempatan untuk aktif kembali dapat diaktifkan lagi seperti hakim HG, S.H. yang telah pernah dipecat dan diaktifkan kembali.
Eufemisme yang dipergunakan oleh pejabat Orde Baru sungguh sangat menyakitkan hati. Pada contoh 22 kata komersialisasi dan tawar-menawar bermakna 'perdagangan dan jual beli'. Menteri Dalam Negeri mengatakan tidak ada perdagangan dalam urusan gubernur dan bupati, yang ada biasanya ialah tawar-menawar (jual-beli). Eufemisme yang sangat membingungkan dan masyarakat tertipu olehnya. Eufemisme pengganggu keamanan pada contoh 126 bermakna 'informan' (seperti pada contoh 72), yaitu anggota ABRI dan sipil yang dipekerjakan untuk melindungi barang-barang pengusaha dari pemeriksaan bea dan cukai agar tidak terkena pajak. Masalah pengganggu keamanan ini telah diketahui oleh semua orang termasuk oleh Menteri Perdagangan Radius Prawiro. Eufemisme pada contoh 128 Presiden Soeharto mempunyai garis politik yang berbeda dengan calon wakil presiden dari FPP itu bermakna 'calon wakil presiden dari FPP PPP itu ditolak'. Eufemisme ini berfungsi untuk menipu rakyat. Calon wakil presiden dari FPP PPP itu ditolak oleh Presiden Soeharto hanya karena tidak sepaham dan tidak sealiran dengan beliau. Penipuan Orde Baru terhadap masyarakat terus berlangsung. Eufemisme pada contoh 129 pada suatu saat pasti tangan kita akan berada di atas, masih terbatas, dan bantuan uluran tangan bermakna 'suatu hari kita akan kaya', masih miskin, dan berhutang'. Eufemisme ini berfungsi untuk menipu rakyat dengan mengapungkan massa bahwa suatu hari kita pasti akan kaya, namun sekarang, karena kita masih miskin, kita berhutang dulu. Eufemisme yang sangat menyesatkan.
Pada eufemisme selanjutnya Presiden Soeharto membuka diri dengan meniupkan angin segar pada contoh 131 bermakna 'berita yang sangat menyenangkan dan mengagetkan'. Berita yang sangat ditunggu-tunggu selama masa kepemimpinan Orde Baru dan dalam iklim kehidupan politik Demokrasi Pancasila. Presiden Soeharto mulai terbuka membicarakan calon presiden asal memenuhi kriteria yang ditetapkan. Eufemisme ini merupakan modus baru menyamarkan suatu penipuan kepada masyarakat. Pada contoh 133 eufemisme bisnis fasilitas dan penyimpangan-penyimpangan yang tidak dapat dipertanggungjawabkan bermakna 'kolusi dan nepotisme dan korupsi'. Kesempatan berbisnis hanya diberikan kepada pejabat atau orang-orang yang dekat atau berhubungan dengan pejabat. Praktek kolusi dan nepotisme yang membuka pintu korupsi lebar-lebar. Suatu kebohongan untuk menipu rakyat. Pada contoh 141 eufemisme kriteria dan modus baru bermakna 'syarat-syarat dan cara baru'. Eufemisme ini berfungsi untuk menipu rakyat dengan cara baru yang dilakukan Golkar pengganti kebulatan tekad dan doa politik.
d. Fungsi Kekerasan
Gaya bahasa eufemisme yang bermakna kebohongan dan berfungsi kekerasan terdapat dalam contoh-contoh berikut, 61, 90, 92, 101, 102, dan 123. Setiap fungsi pada setiap contoh akan diuraikan seperti berikut.
Pada contoh 61 eufemisme business militer bermakna 'usaha sampingan anggota ABRI dan sipil yang tidak legal'. Eufemisme ini melambangkan kekerasan. Bisnis militer adalah bisnis yang melibatkan tentara untuk pengamanannya, baik pengamanan dari pencurian maupun pengamanan dari birokrasi agar tidak dikenai pajak dan tidak ditangkap. Pada contoh 90 eufemisme dilarang untuk diberi nomor polisi bermakna 'tidak boleh dijalankan'. Dalam eufemisme ini jelas sekali terlihat fungsi kekerasan. Semua kendaraan bermotor yang tidak diberi nomor polisi tentu tidak boleh dijalankan. Pada contoh 92 eufemisme blokade-blokade tanah rakyat dan jauh di bawah harga yang dikehendaki bermakna 'usaha paksa pengambilan tanah rakyat dan dengan harga yang murah'. Eufemisme ini berfungsi untuk mengancam dan mengintimidasi rakyat dan rakyat terpaksa menjual tanah mereka dengan harga yang sangat murah.
Pada contoh 102 eufemisme memanage demokrasi secara wajar dan maju, dan generasi tua akan tetap bermakna 'mengelola negara dengan baik dan berkualitas, dan generasi tua (Presiden Soeharto) tidak mau tersingkir'. Eufemisme ini berfungsi untuk menekan generasi muda yang potensial. Dengan dalih, generasi muda tidak mau mendidik diri, maka generasi tua (Soeharto) akan tetap berkuasa. Pada contoh 123 kata dimerahputihkan, onderbouw, dan koreksi total bermakna 'dinasionalisasikan, pengaruh, dan upaya pembersihan'. Dengan eufemisme ini fungsi kekerasan itu semakin jelas. Orde Baru telah bertekad mengadakan pembersihan terhadap penyelewengan-penyelewengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 dan segala kekeliruan-kekeliruan yang berakibat fatal versi Orde Baru.
Gaya bahasa eufemisme yang bermakna kebohongan baik dengan fungsi pengendalian, kecurigaan, penipuan, dan kekerasan memunculkan gaya bahasa yang bergaya topeng. Bahasa yang bergaya topeng sangat berbeda dengan gaya bahasa eufemsime yang dikenal masyarakat selama ini. Penguasa bersembunyi di balik kata-kata yang diciptakannya sendiri seolah-olah mereka sudah berbuat banyak untuk kemaslahatan rakyat. Hasilnya, masyarakat juga merasa terperhatikan, namun, semu atau masyarakat mengapung (floating mass). Tujuan mereka membuat kata-kata yang seolah-olah eufemisme itu adalah untuk melanggengkan kekuasaannya.
Begitu banyak kata eufemisme (penghalusan) yang diciptakan oleh Rezim Orde Baru. Dari eufemisme itu muncul makna-makna yang selama ini tidak dapat dieufemismekan, yang berfungsi untuk menipu atau mengapungkan massa (floating mass), sehingga nalar masyarakat tidak berfungsi lagi. Masyarakat tidak boleh berpikir untuk maju karena dianggap mengadakan subversif, tidak boleh membantah walaupun dalam kenyataannya salah. Masyarakat tidak boleh berpikir kritis karena telah diatur oleh undang-undang, dan masyarakat harus mengikuti petunjuk Bapak Presiden.
Biodata penulis
Dr. Irfani Basri, M.Pd. lahir di Payakumbuh (Sumatera Barat), 10 Oktober 1955. Anak keempat dari enam bersaudara dari pasangan Basri Zainun (almarhum) dan Martiana (almarhumah). Pendidikan formal: menamatkan pendidikan SD (1968) di Payakumbuh, PGAN 6 Tahun (1974) di Payakumbuh. Menyelesaikan Sarjana Pendidikan jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di FKSS IKIP Padang (1980). Meraih gelar Magister Pendidikan jurusan Pendidikan Bahasa di Universitas Negeri Padang (UNP) (2002). Tahun 2004 melanjutkan pendidikan ke Program Pascasarjana (S3) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Program Studi Pendidikan Bahasa.
Sejak tahun 1981 sampai dengan sekarang sebagai dosen di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Padang (sebelumnya IKIP Padang). Melakukan berbagai penelitian di bidang kebahasaan dan aktif dalam berbagai organisasi linguistik.
Menikah dengan Drs. Sukhyar Rajanin, M.Si. dan dikaruniai tiga orang putri: Dini Meuthia, S.Si., M.Si., Nadya Arafuri, S.Ked. (mahasiswi Universitas Gadjah Mada), dan Shelvy Arini (mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
[1] Tampubolon, op.cit., h.8.
Daftar Literatut
Akhadiah, Sabarti; Arsyad, G.Maidar; dan Ridwan, Sakura H. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa indonesia. Jakarta: Erlangga. 1999.
Allan, Keith dan Burridge, Kate. Euphemism and Dysphemism. New York: University Press. 1991.
Anam, Syamsul. "Sopan Santun Berbahasa atau Sekedar Berbasa-basi?" Jakarta: Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol. 1 No. 2. 2001.
Assegaf, Dja'far Husin. Jurnalistik Masa Kini, Pengantar ke Praktek Kewartawanan. Jakarta: Ghalia Indonesia. 1983.
Austin, J.L. How To Do Thing With Word. New York: Oxford University Press. 1962.
Ayto, John. Dictionary of Euphemisms. Bloomsbury: Bloomsbury PublishingPlc. 2000.
Black, Max. Language and Philosophy. New York: Cornell University Press. 1949.
Bloomfield, Leonard. Language. (diterjemahkan oleh I. Sutikno). Jakarta: Pustaka Utama. 1995.
Bogdan, Robert C. dan Biklen, Sari Knopp. Riset Kualitatif untukPendidikan: Pengantar dan Metode (penerjemah Munandir). Jakarta:Pusat Antar-Universitas. 1990.
Bowers, Jeffrey S. dan Christopher W. Pleydell-Pearce. "Verbal Conditioning,Euphemisms, and Linguistics Relativity". England: Departement of Experimental Psychology University of Bristol.2005.J.bowers@bris.ac.uk dan C.Pleydell-Pearce@bris.ac.uk
Brown, Penelope dan Levinson, Stephen C. Politeness: Some Universals in Language Usage. Cambrdge: Cambridge University Press. 1987.
Brown, Gilian dan Yule, George. Analisis Wacana. (diterjemahkan oleh I. Soetikno). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. 1996.
Cooper, Marilyn M. "Context as Vehicle, Implicatures in Writing" dalam Martin Nystrand. What Writers Know The Language, Process and Structures of Written Discourse. New York: Academic Press. 1982.
Coulmas, Florian. Sociolinguistics The Study of Speakers' Choices. Cambridge: Cambridge University Press. 2005.
Cruse, D. Alan. Meaning in Language An Introduction to Semantics and Pragmatics.Oxford: Oxford University Press. 2000.
Dijk, Teun Van. Text an Context Exploration in The Semantics and Pragmatics of Discourse. London: Longman Group Ltd. 1977.
Eriyanto. Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: Penerbit LkiS. 2003.
Fairclough, Norman. A Critical Discourse Analisis. New York: Longman Group Ltd. 1995.
Fisher, B. Aubrey. Teori-teori Komunikasi. (penerjemah Soejono Trimo). Bandung: Remadja Karya. 1936.
Grice, H.Paul. "Logic and Conversation" dalam Syntax and Semantics. Vol.3 "Speech Acts". New York: Academic Press. 1975.
Halliday, MAK. Language as Social Semiotic: The Social Interpretation of Language and Meaning. London: Edward Arnold. 1978.
Hikam, Muhammad AS. "Bahasa dan Politik: Penghampiran Discursive Practice" dalam Latif, Yudi dan Ibrahim, I.S.(ed). Bahasa dan Kekuasaan: Politik Wacana di Panggung Orde Baru. Bandung: Mizan Pustaka. 1996.
Holmes, Janet. An Introduction to Sociolinguistics. London and New York: Longman 1992.
Http://id. wikipedia. org/ wiki/ eufemisme.
Http://jcomm.uoregon.edu/~tbivins/J496/readings/LANGUAGE/euphemism defandlist.pdf. 2008, hlm. 2--4.
Hurford, James, R. dan Heasley, Brendan. Semantics: A Coursebook. London: Cambridge University Press. 1983.
Jabrohim (ed). Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya. 2003.
Jaszczolt, K.M. Semantics and Pragmatics. London: Pearson Education. 2002.
Jespersen, Otto. Language. London: George Allen & Unwin Ltd. 1959.
Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. 1991.
Kridalaksana, Harimurti. Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Ende Flores: Nusa Indah. 1982.
-----. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia. 1983.
Krippendorff, Klaus. Content Analysis, An Introduction to Its Methodology. London: Sage Publication. 1980.
Leech, Geoffrey. Principles of Pragmatics. New York: Longman. 1983.
-----. Semantik. (diterjemahkan oleh Paina Partana). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2003.
Lefcowitz, Allan B. The Writer Handbook. New Jersey: Printice-Hall. 1976.
Levinson, Stephen C. Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press. 1983.
Lyons, John. Pengantar Teori Linguistik. (terjemahan oleh I. Soetikno). Jakarta: Gramedia. 1995.
-----. Linguistics Semantics An Introduction. Melbourne Australia: Cambridge University Press. 1996.
Mayring, Phillip. "Qualitative Content Analysis", Forum Qualitative
Research. 2003. (http:// www. Qualitative-research. Net/tqs- texte/2-00mayring-e-htm).
Miles, Mathew B. dan Huberman, A. Michael. Analisis Data Kualitatif. (penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: Universitas Indonesia. 1992.
Mills, Sara. Discourse. London: Routledge. 1997.
Moleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. 1990.
Moeliono, Anton M. dkk. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1988.
-----. (Penyelia) Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 1989.
Mustansyir, Rizal. Filsafat Analitik: Sejarah, Perkembangan, dan Peranan Para Tokohnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2001.
Ogden, C.K. dan Richard, I.A. The Meaning of Meaning. New York: Harcourt Brace Jovanovich Publishers. 1989.
Pateda, Mansur. Semantik Leksikal. Ende Flores: Nusa Indah. 2000.
Palmer, F.R. Semantics. London: Cambridge University Press. 1976.
Quail, Dennis Mc. Teori Komunikasi Massa, Pengantar. (diterjemahkan oleh Agus Dharma dan Aminuddin Ram). Jakarta: Erlangga. 1987.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2004.
Stede, Manfred. Lexical Choice in Language Generation. Toronto: University of Toronto.2005. Toronto M5S 1A4, Canada. mstede@cs.toronto.edu
Suhandang, Kustadi. Pengantar Jurnalistik: Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik. Bandung: Nuansa. 2004.
Sumadiria, AS Haris. Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2005.
Sumarlam. Analisis Wacana Teori dan Praktik. Surakarta: Pustaka Cakra. 2003.
Tagliamonte, Sali A. AnalysingSociolinguistics Variation. Cambridge: Cambridge University Press. 2006.
Tampubolon, Daulat P. "Gejala-gejala Kematian Bahasa, Suatu Observasi Ragam Politik Orde Baru" dalam Pellba 12. Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya Atma Jaya. 1999.
Thomas, Jenny. Meaning in Interaction, Introduction to Pragmatics. New York: Longman Group Ltd. 1995.
Tri. "Kembalikan Bahasa ke Fungsi Semula". Jakarta: Kompas 6 Oktober 1999.
Ullman, Stephen. Pengantar Semantik. (penerjemah Sumarsono). Yogyakarta: Puataka Pelajar. 2007.
Verhaar, J.M.W. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2004.
Vito, Joseph A. De. Komunikasi Antarmanusia. (alih bahasa Agus Maulana). Jakarta: Professional Books. 1997.
Wardaugh, Ronald. An Introduction to Sociolinguistics. Oxford: Basil Black Well. 1986.
Wiersma, William. Research Methods in Education: An Introduction. Boston: Allyn and Bacon. 1991.
Yule, George. Pragmatik. (terjemahan) Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar