Penggunaan Blog

Rabu, 14 Juni 2023

1-BUDAYA KONFLIK DAN POLITIK IDENTITAS ORANG MINANG (1)

Oleh Nasbahry Couto

Tulisan-tulisan tentang konflik di Minangkabau sebelumnya bukanlah tentang budaya konflik tetapi tentang konflik eksternal (Nasbahry Couto 2023)

The Anthropology of Conflict views conflicts as embedded in broader socio-cultural dynamics. Without advancing normative claims, it aims at describing and understanding the cultural codes, social meanings, and transformative potential of conflicts.

Lihat juga bagian 2

Dari keragaman corak pakaian adat minangkabau bahkan ada yg mengatakan lebih dari 400 macam bentuk pakaian adat menyokong argumen bahwa orang minang itu memang menyukai identitas kelompoknya sendiri ketimbang identitasnya sebagai bagian dari etnik minang yg lebih besar. Sebaliknya sebagai paradoks dari argumen ini maka mereka juga suka menghilangkan identitasnya dan melebur kepada identitas lain yg lebih besar. Atau identitas tempatan dimana dia hidup.

Banyak orang tak memahami  kenapa seseorang bisa menulis berbagai hal yg terkait dengan antropologi, sosiologi, psikologi bahkan logika dan filsafat. Ilmu2 dasar ini nampaknya tidak dapat  di pisah-pisahkan.

Lihat juga politik identitas dan keberpihakan

1. Pengantar

Budaya konflik berbeda dengan konflik budaya. Budaya konflik sifatnya internal, yaitu pertentangan dalam jiwa manusia misalnya pertentangan disebabkan  elemen tradisi dan filosofi dalam diri seseorang dalam melaksanakan kehidupan. 

Sebaliknya konflik budaya sifatnya eksternal yaitu pertentangan budaya. Contoh konflk eksternal  yaitu tragedi Sampit , tragedi ini bermula dari konflik antara kelompok etnis Dayak dan Madura yang terjadi di Sampit kalimantan. Konflik budaya adalah adanya pertentangan antara kebudayaan satu dengan kebudayaan lainnya yang dapat menimbulkan suatu permasalahan atau konflik. Konflik antara diri manusia dengan alam sekitarnya adalah konflik eksternal.

Banyak contoh budaya konflik sifatnya internal  dan konflik kejiwaan, misalnya pertentangan dalam jiwa orang mana yg akan dianut sebab pengatuh luar. Misalnya konflik sifat kekeluargaan  matrilineal (adat) dengan patrilineal (islam)

Budaya konflik minang: lihat artikel2 ttg budaya konflik minang

2. Budaya Konflik

Menurut Christos N. Kyrou dan  Robert A. Rubinstein dari Department of Anthropology dari Syracuce University (2008) lihat sumber

Antropolog memandang konflik sebagai keadaan umum dalam suatu hubungan (komunikasi) atau sebagai beberapa ketidaksesuaian mendasar dalam struktur hubungan itu sendiri, yang mengarah pada perselisihan tertentu dan kadang-kadang kekerasan.  Menurutnya karya antropologi memperlakukan konflik dalam konteks akun etnografi umum serta dalam pengaturan situasional seperti perang.

Selanjutnya dia menjelaskan bahwa kontribusi antropologi dalam memahami konflik sangat luas, mencerminkan multidisiplin bidang kajian konflik.  Pendekatan antropologis terhadap konflik meliputi sistem makna, ritual dan simbolisme, bahasa dan komunikasi, etnisitas dan identitas.

Jadi dalam artikel ini yang menjadi sorotan adalah yang terakhir ini yaitu cara penyampaian identitas dalam budaya konflik minangkabau atau politik identitas orang minang.

Adalah menarik mengkaji bidang ini sebab dari ratusan suku atau etnik di Indonesia nyatanya dapat diasumsikan satu2nya yg memiliki ciri khas budaya konflik adalah budaya Minang.
Penulis juga menyebutnya sebagai budaya keras. Sebab dengan akar budaya demikian orang minang terlihat gigih dan keras dalam kehidupannya ketimbang etnik lainnya di Indonesia sehingga mendorong mereka secara alamiah menjadi egaliter, ahli komunikasi, pemikir, perenung, cepat beradaptasi dan memiliki kemajuan dalam bidang ekonomi. Karena sifat mandirinya itu terlihat kesan sulit diatur dan namun sayangnya kalau maju dalam usaha bisnis hanya bisa bertahan satu generasi.

3. Politik Identitas
3.1. Identitas
Identitas menurut Peter Winke dan Martin Sokefeld (2018) adalah istilah kunci dalam antropologi tetapi juga merupakan istilah yang diperdebatkan, berkaitan dengan pertanyaan tentang siapa diri kita dalam hubungannya dengan orang lain.  

Di satu sisi istilah identitas ini berkaitan, dengan kategori individu atau kesamaan dengan diri sendiri dan, di sisi lain, dengan perbedaan kolektif dari keberbedaan (distinctions of otherness.).

Menurut Winke, P dan Sokefeld, M. (2018)
Identitas adalah praktik dan proses klasifikasi yang sifatnya kognitif.  

Secara teoritis identitas Itu cair sebab tidak pasti dan bisa melampaui batas-batas definisinya tetapi, pada tingkat tertentu, harus stabil agar orang lain dapat mengidentifikasi satu identitas sebagai milik mereka. 

Selain dari pada itu, identitas pada saat yang sama merupakan wacana publik dan fenomena nyata di dunia dan dengan demikian merupakan objek penyelidikan jika bukan kategori analitis.  Yang paling menonjol di antara banyak aspek identitas yang dipakai menurut Winke, P dan Sokefeld adalah aspek etnis, yang bergantung pada sekumpulan penanda (sinyal) yang digunakan untuk membedakan satu sama lain dalam istilah budaya yang dianggap, selalu tertanam dalam permainan kekuasaan yang mencoba mendapatkan dukungan dan loyalitas politik.

Pengertian Identitas

Sebelumnya ada artikel penulis yg membahas tentang teori identitas. Yaitu membahas apa yang dimaksud dengan identitas sosial, ciri-ciri, dan contohnya?

Identitas sosial adalah cara seseorang mempresentasikan dirinya kepada orang lain dengan menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol yang mencerminkan kelompok sosial yang diterimanya.

Identitas sosial adalah ciri-ciri yang melekat pada setiap diri manusia.
Pada umumnya identitas sosial disandarkan pada ciri yang bersifat alamiah, seperti jenis kelamin atau identitas berbasis genetik seperti ras. Identitas sosial dipahami sebagai kesadaran tentang konsep diri.

Lihat : identitas

3.2. Politik

Sifat antropologi, sosiologi, dan ilmu politik adalah untuk membangun universalitas manusia dan menyelidiki peran sosial-ekonomi dalam masyarakat.

Menurut Simon Coleman (tt) dari Kent University dari Inggris, di Barat, orang2  terbiasa dengan gagasan pemerintahan dalam kerangka negara dan melalui media institusi politik dan hukum khusus (misalnya parlemen, polisi, dan pengadilan).  Bentuk-bentuk seperti itu sekarang ditemukan di seluruh dunia, tetapi ini tidak selalu demikian, dan bahkan saat ini banyak orang yang hidup dalam negara modern sangat bergantung pada mekanisme lain untuk pemeliharaan hukum dan ketertiban.  


Idrus Hakimy Dt. Rajo Panghulu

Dalam masyarakat di mana orang hidup dalam komunitas yang erat, dan sangat bergantung satu sama lain untuk bantuan ekonomi, pemeliharaan hubungan sosial yang baik secara lokal dapat menjadi masalah hidup atau mati.  Banyak cara untuk menangani pelanggaran dan menyelesaikan perselisihan dapat digunakan.  Misalnya, di beberapa masyarakat, ketegangan komunitas dilepaskan melalui penggunaan hinaan yang diritualkan.  Di tempat lain, ramalan digunakan untuk menemukan sumber konflik dan agresi di antara manusia.

Menurut Simon Coleman (tt) dari Kent University dari Inggris, politik dalam kacamata antropologi adalah mengkaji dan membandingkan beragam sistem kontrol sosial  masyarakat.  Ini juga mengeksplorasi struktur kekuasaan masyarakat, termasuk tingkat konsensus dan pola kesetaraan atau ketidaksetaraan di dalamnya.
Ini mengkaji cara para pemimpin membangun atau memperkuat otoritas mereka melalui tradisi, kekuatan, persuasi, dan agama.  Ini menanyakan apakah suatu masyarakat dapat memiliki sistem hukum bahkan tanpa pengadilan formal dan òóì tertulis.  Ini juga tertarik pada cara orang melawan dominasi yang berlebihan, baik secara pasif maupun melalui bandit ala Robin Hood dan cara lainnya.

Salah satu bidang studi utama untuk antropologi politik adalah pengaruh kolonialisme terhadap masyarakat yang tunduk, dan cara-cara di mana sistem hukum barat telah diadopsi dan juga disesuaikan dengan kebutuhan mereka oleh masyarakat non-Barat.  Bidang minat lainnya adalah peran seremonial dan ritual, misalnya dalam upacara pelantikan penguasa, sebagai cara memberikan aura legitimasi kepada pemerintah.

Seperti bidang antropologi lainnya, studi tentang beragam institusi juga dapat membawa kita pada pemahaman berbasis yang lebih luas tentang sistem sosial kita sendiri dan sistem sosial Barat lainnya.  Antropologi politik memiliki wawasan yang menarik untuk ditawarkan kepada kita tentang isu-isu seperti identitas nasional, konflik etnis, makna monarki, dan mengapa orang terkadang main hakim sendiri.

Lihat: definisi antropoligi politik

4. Bentuk dan Jenis Konflik

Konflik adalah hasil dari pemikiran, tindakan, atau ide yang bertentangan yang mengganggu status quo.

Konflik terlihat dalam kehidupan sehari-hari, dan merupakan fenomena yang wajar, seringkali egois, dan terkadang produktif.  Karena dapat menimbulkan kekerasan dan peperangan dalam situasi tertentu, kata 'konflik' seringkali muncul dengan konotasi negatif.  Kenyataannya, jika ditangani dengan baik dan matang, konflik dapat membawa hasil positif dan pertumbuhan pribadi.  

Dalam karya-karya literatur dan  drama, konflik dianggap sebagai kekuatan pendorong plot.  Sebagian besar buku, drama, atau film mengikuti struktur umum ini: misalnya sebuah drama diawali dan diakhiri dengan.

  • Perkenalkan karakter tokoh
  • Menyiapkan konflik
  • Klimaks/momen penentu penyelesaian konflik
  • Terakhir Ucapan selamat tinggal pada karakter
Kasih tak sampai dalam novel “Siti Nurbaya" karya Marah Rusli misalnya  Novel ini memberikan pesan moral bahwa perlunya penghargaan terhadap kebebasan manusia dalam menentukan harapan dan cinta kasih. Hal ini karena pada hakikatnya setiapj manusia memiliki hak untuk mencintai dan dicintai. Di sini terlihat adat lama dengan tradisi menjodohkan anak itu mengakibatkan konflik batin para tokohnya dan ini termasuk konflik internal.

Seringkali, konflik dapat dilihat pada acara televisi ketika tujuan satu karakter secara langsung bertentangan dengan tujuan karakter yang lain atau ketika satu karakter menghadapi dilema moral karena konflik pribadi.  

Contoh lain misalnya film tahun 2001, The Lord of the Rings, menyertakan kedua contoh jenis konflik tersebut, atau dikenal sebagai konflik eksternal dan internal.

5. Konflik Internal dan Eksternal

Konflik internal terjadi di dalam diri seseorang, kelompok, atau karakter. Menurut Daise team (2022). Yang paling mudah melihat konflik internal dan eksternal ini adalah bidang narasi penceritaan dalam filem atau novel.

Sumber:Daise team (2022)

Dari segi penceritaan, konflik merupakan penggerak utama cerita.  Hal itulah yang harus diatasi oleh karakter, hal yang akan mengubah siapa mereka.  

Ada dua bentuk dasar konflik, konflik internal dan eksternal.  Konflik internal adalah ketika seorang karakter menemukan gagasan, moral, atau keinginan yang bersaing di dalam pikirannya sendiri.  

Konflik eksternal, di sisi lain, muncul dari kekuatan manusia atau alam yang menghalangi tujuan mereka.  Seperti yang dinyatakan, keduanya sering berperan dalam cerita yang sama, yang satu memberi makan yang lain, membuat pilihan yang jauh lebih kompleks.

Menurut Daise team (2022) memahami perbedaan antara konflik internal dan eksternal serta cara menggunakannya adalah kunci pokok dalam narasi. Seperti yang dikatakannya

" Saat Anda terus belajar tentang konflik, Anda akan melihat bahwa kita dapat dengan mudah mengambil dari pengalaman kita sendiri serta contoh dari pencipta masa lalu dan karya mereka.  Pemahaman ini akan menempatkan Anda di jalan untuk secara efektif menambahkan konflik ke dalam film dan atau tulisan Anda."

5.1 Konflik Internal: Perjuangan Dalam Diri

Menurut Daise team (2022) konflik internal adalah ketika seorang karakter menemukan sudut pandang atau perasaan yang berlawanan yang berlomba-lomba untuk mendominasi dalam diri mereka.  Dan emosi dan nilai yang berbenturan itu dapat terwujud dari berbagai sumber. Hal itu dapat mencakup ketakutan, keinginan, ketidakamanan, keragu-raguan, rasa tanggung jawab, serangkaian harapan dan banyak lagi.  Kombinasi dari faktor-faktor internal seperti itu sering berperan dalam konflik internal.

Konflik internal bisa sangat berhubungan karena kita semua mengalaminya setiap hari.  Mereka bisa tampak konyol seperti memilih apakah akan memiliki makanan cepat saji atau makanan yang layak, atau seserius apakah Anda akan putus dengan pasangan lama Anda atau tidak.  Skala konflik internal yang epik dirasakan di semua genre, di mana taruhan besar dan kecil bisa sama pentingnya.

Contoh Konflik Internal

Mungkin konflik internal paling terkenal dalam sastra sepanjang masa tidak lain berasal dari karangan  William Shakespeare.  Dalam lakonnya Hamlet, keragu-raguan karakter tituler apakah akan bunuh diri atau tidak mungkin merupakan konflik internal yang paling penting dari semuanya.  Monolog "To Be or Not to Be" yang ikonik dari Hamlet adalah simbol dari kelemahan karakter utamanya, keragu-raguan.

Tetapi orang dapat menarik contoh konflik internal yang sangat baik dari budaya pop.  Ambil contoh, perjuangan yang dihadapi Luke Skywalker dalam film klasik Star Wars Return of the Jedi.  Saat menghadapi ayahnya Darth Vader, Kaisar Palpatine menggodanya untuk melepaskan kebenciannya dan beralih ke sisi gelap The Force.  Pilihan antara yang baik dan yang jahat ini mendefinisikan dirinya.


Luke Skywalker dalam film klasik Star Wars Return of the Jedi.  

Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka banyak menggambarkan cerita kisah sepasang kekasih yang tidak dapat bersatu karena adanya konflik yang dialami oleh para tokoh-tokoh utama. Dimana tokoh wanitanya menerima perjodohan karena paksaan dari keluarganya untuk menerima perjodohan dari saudagar kaya. 


Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck

Konflik internal dalam budaya minangkabau adalah pada laki-laki minang yaitu antara membela anak istri dan keponakan ( anak dari 
Saudara perempuan laki-laki minang. Memang ada pepatah petitih ajran minang yg mengatakan.

Kaluak paku kacang balimbiang, anak dipangku kamanakan dibimbiang.

Namun dalam.prakteknya sering terjadi perbenturan atau konflik dalam jiwa laki-laki orang minang. Demikian juga konflik internal yg dialami pihak perempuan dalam mengamalkan petuah yg disrbutkan di atas.

5.2. Konflik Eksternal

Menurut Daise team (2022) Konflik eksternal adalah ketika karakter dihadapkan dengan kekuatan lawan yang datang dari luar diri mereka.  

Konflik semacam ini bisa lebih mendalam daripada konflik internal, melibatkan penonton dengan cara yang lebih menyentuh.  Segala sesuatu mulai dari kekuatan alam hingga antagonis sifat dari  manusia dapat menjadi contoh tantangan yang harus diatasi oleh karakter.  

Menghadapi konflik eksternal membutuhkan pilihan yang hampir selalu berorientasi pada tindakan, dan dengan demikian, memberikan adegan yang menarik.

Karena konflik eksternal dapat terjadi dalam bentuk apa pun, penting untuk menyambut keluasan mereka dan meredam ruang lingkup mereka.  Jenis konflik eksternal yang paling umum terjadi melalui orang lain.  Pikirkan bentrokan antara raja atau hanya dua pekerja kantoran yang bersaing untuk mendapatkan promosi.

Alam juga menyediakan konflik eksternal, seperti menemukan anjing yang agresif atau mengemudi melewati badai.  Dalam fiksi, bahkan kekuatan supranatural pun dapat berperan, menambah dimensi lain dalam perjalanan karakter.

Contoh konflik eksternal Tuanku Imam Bonjol dan perang paderi 

Menavigasi resolusi konflik eksternal sering digunakan dalam pembentukan pahlawan.  Mengambil apa yang tampak seperti peluang luar biasa atas kekuatan yang tidak Anda kendalikan membuat alur cerita yang meriah.

Ini adalah jenis narasi yang paling sering membuat penonton bersorak, memberikan sensasi terbesar.  Menyeimbangkan jenis konflik ini dapat membantu mempertahankan pukulan yang mereka kemas;  sedikit konflik eksternal bisa sangat berpengaruh.

Contoh Konflik Eksternal

Sejarah konflik eksternal dalam penceritaan benar-benar epik.  Seseorang dapat menemukannya kembali dalam mitologi Yunani dan pahlawan besar dalam cerita Hercules.  

Dongeng Twelve Labors had him physically  secara fisik satu demi satu adalah konflik eksternal.  Memerangi binatang mitos dan mencari benda-benda magis membuktikan kekuatan Hercules kepada para dewa – tujuan utamanya.  Dengan mengatasi rintangan eksternal ini, dia mendefinisikan karakternya.

Demikian juga film horor modern untuk lebih banyak contoh.  Dalam film "Us" sebuah keluarga dihadapkan pada sekelompok doppelgänger yang kejam.  Adelaide Wilson, ibu dalam keluarga, terpaksa membela suami dan anak-anaknya secara fisik dari penyusup yang menakutkan ini.  Selama melakukannya, Adelaide belajar sesuatu tentang masa lalunya dan siapa dia sebenarnya.

Contoh konflik eksternal dalam budaya Minang dan bisa dijadikan narasi filem dan mitos sebenarnya banyak sekali. Misalnya konflik antara dt. Perpatih nan sabatang dan ketumanggungan. Konflik antar nagari  dan sebagainya.


Pendirian balai batu di nagari saningbakar zaman lampau yang sebenarnya untuk mendamaikan konflik antara nagari saningbakar dg nagari sekelulingnya

Banyak yang kurang mengenal soal pendirian balai di suatu nagari.  Sebenarnya adalah untuk mengatasi konflik eksternal.

5.3. Jenis Konflik

 Ada empat jenis utama konflik:

  •  Konflik Interpersonal
  •  Konflik Intrapersonal
  •  Konflik Antarkelompok
  •  Konflik Intragroup

Konflik interpersonal

Konflik interpersonal dan antarkelompok adalah jenis konflik eksternal.  

Konflik Intrapersonal

Konflik interpersonal terjadi antara dua individu, dan salah satu contohnya adalah penentangan Mark dengan bosnya.  Mark dan bosnya adalah dua orang terpisah dengan keinginan yang berlawanan, yang dapat menyebabkan keresahan di antara keduanya.

Konflik Antar Kelompok 

Konflik antarkelompok serupa, tetapi, alih-alih dua orang, konflik antarkelompok terjadi antara satu atau beberapa kelompok orang.  Dalam The Lord of the Rings, pasukan Sauron dan teman-teman Frodo memiliki pandangan yang berlawanan, yang berujung pada perang.  Keinginan dan pandangan dunia kedua kelompok tersebut menyebabkan keresahan di dunia film.

Konflik Intragroup

Konflik Intragroup, yaitu konflik antar anggota dalam satu group dalam satu kelompok.

5.4. Sumber Konflik

Karena konflik bisa datang dalam berbagai bentuk dan tingkat keparahan, apa yang menyebabkan konflik bisa sangat beragam.  Konflik dapat terjadi ketika moral pribadi atau kelompok ditantang, atau ketika dua orang atau lebih tidak setuju pada politik, agama, tugas-tugas dasar rumah tangga, dll. 

5.5 Penutup Teori Konflik

Konflik adalah nama yang diberikan untuk keresahan yang disebabkan oleh gagasan, tujuan, dan kejadian yang saling bertentangan.  Ada dua cabang konflik, konflik internal dan eksternal, yang keduanya bercabang menjadi dua jenis konflik.  Konflik internal terjadi dalam diri seseorang atau kelompok.  Konflik intrapersonal adalah contoh konflik internal satu orang, dan konflik intragroup adalah konflik internal yang ada di dalam sekelompok orang yang terkandung.  Konflik eksternal terjadi antara dua orang atau lebih dari satu kelompok orang.  Konflik interpersonal adalah jenis konflik eksternal yang terjadi antara dua orang, dan konflik antarkelompok adalah konflik eksternal antara dua atau lebih kelompok orang.  Konflik bisa baik atau buruk dan, jika ditangani dengan benar, dapat mengarah pada pertumbuhan pribadi dan hasil positif lainnya.

Ada banyak sumber konflik yang berbeda, tetapi sumber yang paling umum tercantum di sini:

  •  menginginkan sesuatu
  •  pertentangan
  •  miskomunikasi
  •  perebutan kekuasaan
  •  ketamakan
  •  masalah hubungan
  •  mengubah sesuatu (pembaruan)

6. Tema Konflik dalam Budaya Minang

Budaya minang yg asli hanya mementingkan keturunan suku, kaum, komunitas dan kelompoknya yang matrilineal yang berpusat pada komunitas taratak, dusun, koto dan nagari dan hal ini bisa memicu konflik internal yaitu konflik yg terdapat pada batin dan konflik eksternal yaitu antar saudara sesuku sendiri, antar suku dan nagari. Kemudian muncul konflik antara adat dan agama. Dan diakhiri dengan konsensus tigo tungku sajarangan dan abs-sbk.

Bersambung ke bagian ke 2. Klik disini


Tidak ada komentar:

Posting Komentar